GELOMBANG MEMBUAT SEMUA BERDOA

 

Pada waktu itu bulan Februari, kami bertolak dengan perahu motor dari Kalabahi ke Pantar Barat. Hujan cukup deras. Menurut juru mudi, "sulit untuk membaca kemauan laut," namun saat itu terpaksa berlayar karena penumpang padat. Ada desakan dari beberapa orang untuk harus berangkat. Dalam perahu ada beberapa saudara/i yang Muslim memakai jilbab. Ada juga beberapa orang yang beragama Katolik, dari tata cara mereka berinteraksi dan menikmati makanan yang mereka bawa saya tahu bahwa itu saudara saya yang agama Katolik, dan saya dengan beberapa orang beragama Protestan. Berlayar namun saya cukup takut. Melewati "mulut kumbang" gelombang cukup keras. Menatap ke depan perahu seperti kita hendak mendaki bukit yang tinggi. Terpaan gelombang membuat semua dalam perahu basah.

Semua memanggil nama Tuhan, "Tuhan Yesus Tolong!" Seruan dari kami yang beragama Protestan. "Allahu Akbar!" kata saudara saya yang Muslim. "Maria Bunda Yesus," sambil mengucapkan rosarionya. Doa tak pernah berhenti sampai kami berlabuh di tambatan perahu. Tak ada seorang yang menilai dan menghakimi doa yang dipanjatkan oleh setiap penganut agama dalam perahu. Kami seperti dalam satu rumah beda agama namun berdoa bersama untuk keselamatan.
Badai gelombang, bencana, sebenarnya membuat kita bersatu.
Bangsa dan negara sementara diterpa oleh bencana alam, mari kita berdoa bersama untuk keselamatan. Pesta demokrasi di depan kita, gelombang besar yang namanya radikalisme agama datang menerpa ideologi bangsa kita.

 Gelombang dusta politik telah merusak politik yang mulia. Para politikus hati nurani dibungkus dengan kekuasaan partai tak segan menghasut dan menuduh. Nurani mereka mati karena kekuasaan. Mari kita berdoa bersama bagi keselamatan bangsa dan negara. Tuhan menyadarkan mereka yang serakah kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.

Badai ini yang membuat kita harus sadar, bersatu, dan berdoa bersama. Tinggalkan egoisme agama. Fanatisme suku, ras, yang menjadi lingkaran setan sehingga membuat kita tak bisa keluar mendoakan sesama anak bangsa.

(cerita masa-masa Vikariat di Jemaat Beang, Klasis Pantar Barat)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)

RENUNGAN BULAN KELUARGA: HIDUP DENGAN RASA CUKUP (I TIMOTIUS 6: 2b - 12)