MENJAGA DIRI DARI MINUMAN KERAS (AMSAL 31:1-9 )

 


PENGANTAR

Ketika ditempatkan menjadi pelayan di Klasis Pantar Barat dan kemudian di Klasis Amanuban Timur, ada jemaat yang mata pencaharian adalah mengiris tuak, enau dan lontar untuk dijadikan sopi, kemudian dijual. Ada jemaat yang mengundang pendetanya melakukan ibadah syukuran panen sopi. Ketika berkunjung ke rumah-rumah jemaat mereka selalu bertanya, “Pak minum sopi?” kemudian saya bilang kepada mereka bahwa tidak minum. Ada yang mengatakan bahwa lama kelamaan Pak juga akan minum karena banyak jemaat menjual bahkan memproduksi sopi. Di dalam hati saya mengatakan bahwa semoga tidak, supaya saya bisa berpikir jernih dan fokus melayani jemaat. Karena pengalaman yang saya perhatikan bahwa orang yang mabuk sopi kehilangan akal sehat dan tidak mampu mengontrol diri baik dalam perkataan maupun perbuatannya.

PEMBAHASAN TEKS

Amsal 31:1-9 merupakan sebuah uraian dari raja Lemuel terkait kewajiban seorang raja dari apa yang telah ia pelajari dari ibunya. Lemuel adalah seorang anak nazar yang mendapatkan peringatan tegas dari ibunya untuk menjauhi hal-hal yang menyimpang, dari minuman keras dan perempuan sundal (ay. 1-2).

Pertama, peringatan bagi sang Raja (ay. 3-7). Peringatan tersebut diberikan sang ibu kepada Lemuel yang merupakan seorang Raja. Peringatan itu berupa larangan agar Lemuel menghindarkan dari perempuan sundal dan minuman keras dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang raja. Bagi ibunya, pergaulan bebas dengan perempuan-perempuan sundal menghancurkan jabatan sebagai raja (ay. 3). Kata “jangan” merupakan sebuah kata perintah negatif yang diterima Lemuel dari ibunya. Kata “jangan” yang mengawali ayat ini tidak memakai perintah tetap, seperti yang terdapat dalam kesepuluh hukum Taurat (Kel 20:3-7; Ul 5:17-21). Akan tetapi memakai kata perintah negatif atau larangan yang diterima Lemuel pada saat itu agar diajarkan kembali kepada orang-orang yang mendengar dan membaca perkataan Lemuel. Perintah dari sang ibu yang tidak boleh dilakukan oleh Lemuel, jangan memberikan “kekuatan” kepada perempuan yang menghancurkan dengan menggunakan perintah negatif. Artinya, ibunya melarang Lemuel untuk tidak memberikan tubuh atau kekuatan seksualnya kepada perempuan, khususnya kepada perempuan pelacur. Kekuatan di sini adalah kuasa yang dimiliki oleh seorang. Tidak mengunakan kuasa untuk memuaskan nafsu seksual.

 Seorang raja atau pemimpin patut mengendalikan diri dengan menjaga kekudusan hidup, menahan hawa nafsu terhadap lawan jenis, agar tidak membawa hidupnya dalam kehancuran yang dapat berdampak dalam kepemimpinan. Kemudian tidak meminum anggur (ay. 4). Lemuel juga mendapat perintah negatif tentang anggur. “Tidaklah pantas bagi raja hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja meminum anggur atau para pembesar mengingini minuman keras.” Kata anggur banyak ditemukan dalam PL. Kitab Amsal banyak mencatat peringatan perihal meminum anggur (20:1; 21:17; 23:20-21, 31-35), khususnya konsekuensi yang menyebabkan seseorang mengalami mabuk/lupa ingatan. Peringatan ini adalah tindak lanjut yang logis dari nasihat sang ibu karena anggur sama halnya dengan perempuan yang menghancurkan para raja-raja. Jika anggur dikonsumsi terlalu banyak, maka menjadi ancaman yang dapat menghancurkan seorang raja dan para pembesar kerajaan. Lemuel diperingatkan ibunya bahwa tidaklah pantas bagi Lemuel meminum anggur dan minuman keras. Meminum anggur yang memabukan bagi seorang raja dapat membuat dia tidak memiliki pikiran yang jernih sehingga tindakannya sulit untuk diprediksi (Hos 4:11).

 Anggur atau minuman keras dalam PL dinilai negatif. Nabi Yesaya mengutuki terkait anggur dan minuman keras (Yesaya 5:11). Tidak hanya dalam kitab para Nabi, hal serupa juga dapat dilihat dalam kitab Amsal 21:17; 23:20-21, 31-35.33 Khususnya kutukan dari dampak dari anggur terhadap penyembahan dewi kesuburan yang. Anggur ini merupakan minuman yang difermentasikan dari buah dilakukan oleh orang Kanaan.

 Kondisi mabuk atau di bawah pengaruh anggur dapat membuat seorang pemimpin tidak memiliki perhatian terhadap ketidakadilan yang dapat merugikan masyarakat lemah dan tertindas (ay. 5). Minum anggur dan minuman keras ditujukan bukan hanya kepada seorang raja, melainkan juga kepada para pejabat atau para petinggi kerajaan. Akibat anggur dan minuman keras ini akan menjadi penyebab ketidakadilan dalam pemerintahan seorang raja dan juga bagi para petinggi atau staf-staf kerajaan. Oleh karena itu, ajaran yang diterima Lemuel dari sang ibu dalam ayat ini bertujuan untuk memperingati Lemuel dalam tanggung jawabnya sebagai raja dan tidak melakukan penyimpangan dalam pemerintahannya.

Kemudian di ayat 5, mengatakan tidak membengkokan hak orang tertindas. Nasihat agar tidak meminum anggur yang diperuntukan untuk Lemuel karena akibat dari meminum anggur dapat mempengaruhi pikirannya sehingga melupakan setiap peraturan-peraturan, serta memutarbalikan semua hak-hak orang yang tertindas.

Kedua, minum anggur untuk melupakan kesusahan (aya. 6-7). Pada ayat 6, ada perintah positif yang berisi mengenai nasihat untuk memberikan atau menyediakan minuman keras dan anggur bagi mereka yang binasa dan susah hati sebagai bentuk dari pertanggungjawaban sebagai seorang raja. “Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati.” Menurut beberapa penafsir, maksud dari perintah ini merupakan sebuah rujukan kepada orang sakit dan sekarat. Misalnya Fox mengatakan bahwa minuman keras dalam ayat 6 merupakan sebuah anodyne atau obat penghilang rasa sakit dari orang-orang yang sakit hati. Sang ibu menasihati dan menuntut Lemuel menegakkan keadilan dalam pemerintahannya. Nampaknya, sang ibu melihat kemiskinan dan kesengsaraan sebagai suatu kenyataan hidup yang tidak bisa dirubah. Namun begitu, sang Ibu menasihati dan meminta Lemuel untuk membantu orang-orang tersebut mengurangi rasa sakit yang muncul secara pribadi. Anggur dan minuman yang memabukan menjadi sarana untuk menghidupkan kembali semangat mereka yang terkulai.  Oleh karena itu, mereka tidak akan mengingat kesusahan dan melupakan kemiskinan mereka sementara waktu sehingga mereka lebih mampu menanggungnya. Atas dasar praktik inilah, orang orang Yahudi mengaplikasikan praktik ini sebagai “tahanan yang akan dieksekusi.”

Namun anggur juga seperti dalam Kejadian 43:34, Yusuf dan saudara-saudaranya di Mesir, “mereka makan dan mabuk dengan dia.” Dalam KJV diterjemahkan bergembira dengan dia, yang menekankan pada keramahan. Selanjutnya dalam Bilangan 28:7 yang mana “minuman keras” digunakan dalam kurban curahan bagi Tuhan yang bukan diminum. Lalu dalam Ulangan 14:26 memakai kata Syekar sebagai sebuah kewajiban dalam persepuluhan tahunan kepada Tuhan dari seorang pemilik tanah. Kata Syekar juga dapat digunakan dalam konteks membangkitkan perasaan dalam ayat 6, “Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa.”

Dalam dunia Timur pada massa Helenistik mereka mengenali dampak positif dari anggur untuk dunia medis. Tujuan nasehat sang ibu kepada Lemuel untuk memberikan anggur kepada yang akan binasa dan susah hati dalam ayat ini mengajarkan Lemuel untuk lebih memperhatikan kesusahan orang lain yang berada dibawa pemerintahannya.

Ketiga, perintah bagi sang Raja (ay. 8-9). Lemuel mendapat perintah positif dari sang ibu agar membantu orang-orang bisu dan tertindas untuk mendapatkan hak mereka. Sang ibu memerintahkan Lemuel agar membuka mulutnya bagi orang-orang yang bisu. Kata “bukalah mulutmu” merupakan metonomia dari kata “berbicara. Kata “bukalah” merujuk kepada suatu tindakan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan (memperjuangkan sesuatu). Lemuel mendapat perintah untuk membuka mulut, bukan untuk kepuasan pribadi meminum anggur, melainkan berbicara agar dapat memelihara dan melindungi orang-orang yang tidak mampu. Kata “bisu” bukanlah seorang tunawicara atau orang yang tidak dapat berbicara atau berkata-kata. Tetapi kata “bisu” merupakan sebuah metafora dari orang yang suaranya tidak diperhitungkan dalam suatu pengadilan atau orang yang tidak memiliki kemampuan dalam membela diri, misalnya seseorang yang tidak dapat berbicara dalam suatu perkara atau masalahnya di depan para petinggi/pejabat pengadilan, kecuali raja yang membuka mulut atau berbicara bagi mereka. Perintah tersebut menuntut seorang raja untuk tidak menyalahgunakan kekuasaannya, namun begitu penggunaan hak dan kekuasaannya memperjuangkan orang lemah yang tidak dapat membela dirinya sendiri. Jadi, diperintahkan kepada Lemuel, supaya memberlakukan keputusan yang adil dan benar bagi mereka yang tidak dapat membela dirinya sendiri (merana). Kata “merana” yang artinya “memudar” atau “hilang.”

Hal ini diajarkan oleh sang ibu kepada Lemuel, karena dia dituntut lebih memperhatikan hak setiap orang dengan kekuasaanya sebagai seorang raja. Ayat 9 berbicara tentang memberikan keadilan. Frasa “hakimilah dengan adil” berada dalam posisi sejajar dengan frasa “berilah keadilan kepada yang tertindas dan miskin” yang diperjelas dari bait yang pertama. Frasa “bukalah mulutmu” dituliskan kembali dalam ayat 9 sebagai sebuah penekanan tentang perintah positif dari sang ibu. Hal ini menunjukkan bahwa peranan seorang raja dalam pengambilan keputusan dan berbicara mengenai keadilan serta memperjuangkan kebenaran sebagai suatu penekanan dari sang ibu kepada Lemuel. Ayat 9 terlihat adanya tindak lanjut terhadap ayat 8.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, orang yang mabuk karena minuman keras kehilangan akal sehat dan tidak bisa mengontrol perkataan dan tindakannya. Hosea 4:11 mengatakan bahwa anggur dan air anggur menghilangkan daya pikir. Orang yang mabuk minuman menjatuhkan harga dirinya sendiri dan merusak moralnya sendiri. Di beberapa tempat, kekerasan terjadi karena salah satu faktornya adalah mabuk alkohol. Firman Tuhan melalui nasehat ibu Lamuel mengingatkan kita untuk menjaga diri dari minuman-minuman keras yang merusak pergaulan dan mendatangkan tindakan-tindakan yang tidak bermoral. Jagalah kekudusan hidup sebagai seorang pemimpin, baik pemimpin dalam gereja, masyarakat dan di pemerintahan.

Kedua, orang yang mabuk alkohol tidak fokus dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, baik sebagai guru, pendeta, kepala desa, anak sekolah, kepala keluarga, dll. Kita memberi contoh, pagi si bapa hendak ke kebun,  di tengah jalan bertemu dengan kawan-kawan yang biasa duduk minum alkohol bersama, dan mereka minum sampai mabuk, akhirnya si bapa tidak jadi ke kebun (kita bisa menambah beberapa contoh lagi). Oleh karena itu, melalui firman Tuhan saat ini kita diingatkan agar menjauhkan diri dari minuman keras agar kita fokus kepada tugas dan tanggung jawab kita. Apakah minum alkohol berdosa? Tidak, namun minum sampai mabuk kemudian mengganggu orang lain, melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum, itulah yang berdosa. Jika minum untuk kesehatan, merayakan kebersamaan sebagai saudara dalam takaran tertentu, seperti Yusuf dan saudara-saudaranya di Mesir maka itu hal baik dan normal.

Ketiga, menjaga diri dari minuman keras sehingga membuat kita berpikir jernih, berbicara benar, mengambil keputusan yang adil dan berempati dengan mereka yang susah. Firman Tuhan mengingatkan kita melalui nasehat ibu Lamuel, di mana ia memerintahkan kepada Lamuel untuk memperhatikan orang-orang tertindas dan membuka mulut membela hak mereka. Kita hanya bisa melakukan hal tersebut sesuai dengan nasehat firman Tuhan  jika kita menjaga diri terhadap minuman keras.

Keempat, seorang pemimpin harus menjadi teladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Ia hadir untuk melayani masyarakat, bukan memanfaatkan masyarakat untuk kepentingannya. Ia hadir mendengar jeritan orang-orang kecil. Kehadirannya memberi ketenangan, bukan berjoget di atas penderitaan rakyat sehingga membuat masyarakat marah. Ia hadir membawa anggur yang baik, memberi ketenangan bagi orang-orang kecil, bukan anggur yang memabukkan masyarakat. Demonstrasi akhir-akhir ini terjadi karena para pemimpin ”mabuk kekuasaan” dan “mabuk uang” dan pada akhirnya masyarakat juga "mabuk" dengan tingkah para pemimpin.  Firman Tuhan mengingatkan para pemimpin dan kita semua untuk menjaga diri dari `minuman-minuman keras` yang memabukkan sehingga membuat kita lupa diri dan lupa panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan. Amin. (FN).




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan : MENDOAKAN HIDUP, MENGHIDUPI DOA (Lukas 11:1-13)

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)