Pengkhotbah 5:14-15 : KALAU MAU CARI PRIA KAYA BUKAN SAYA ORANGNYA, TAPI.......

 

Si Pemuda memulai khotbahnya.
"Mari kita menyanyi lagu jangan taburi cinta dengan permata," pinta si Pemuda dari mimbar.

Semua tersenyum. Lalu ada seorang yang di samping mimbar mendengungkan lagu itu.

"Tau ko tidak e?" tanya si Pemuda. "Tau pak, tapi kami malu menyanyi," jawab salah seorang jemaat. 

"Kita menyanyi lagi tidak berdosa to?" tanya lagi si Pemuda. "Tidak, pak!" jawab salah beberapa orang dalam ruangan itu. "Kalau begitu kita menyanyi," ajak si Pemuda.

"Harta hanyalah hiasan hidup semata, kejujuran, keikhlasan, itulah yang utama. Jangan taburi cinta dengan permata, tetapi hujanilah dengan kasih sayang."

Lagu ini mau menegaskan bahwa kebahagiaan hidup rumah tangga tidak terletak pada harta dan kekayaan tetapi pada kehangatan kasih sayang.

"Amin ko?" Lalu mereka ramai-ramai menjawab, "amin!"

Kata para ahli, Kitab ini ditulis oleh oleh Salomo pada masa tuanya. Dia sadar bahwa kekayaan yang ia miliki hanya saat masih hidup, namun setelah mati tidak membawanya. 

Setelah beribadah mereka melanjutkan diskusi. 

"Benar pak, kita mati tidak bawa apa-apa. Namun manusia pada dirinya merasa tidak puas dengan apa yang ada. Salomo omong benar, siapa yang mengejar uang tidak puas dengan uang,,dst.. Kita su ada uang di tangan tapi tidak puas dan merasa tidak cukup dengan apa yang ada," kata salah seorang majelis

"Benar bapa, kita hidup di pasar modern. Pasar modern membuat manusia selalu merasa kekurangan, karena pasar modern menyiapkan segala sesuatu yang modern.
Salomo mengingatkan kita bahwa kekayaan itu adalah hanyalah karunia Allah, makanya kita menikmati dengan syukur," kata lagi si Pemuda. 

Kekayaan hanyalah hiasan hidup semata. Jika kita kaya cinta kasih maka kita kaya kebahagiaan dan kaya keluarga. Biarlah kita hujani hidup kita dengan kasih sayang.
 Saya bilang di pacar saya, kalau mau cari harta, kaya, ganteng, bukan saya orangnya, tapi mau cari kehangatan cinta kasih, saya pria yang tepat karena saya takut Tuhan.

Lalu mereka semua bilang, "setuju!". Salah seorang bapa mengatakan, "dahulu saya bilang di Kuba: saya tidak kaya dan ganteng, tapi saya orang yang memberi kebahagiaan."

(Cerita-cerita masa Vikariat. Jemaat Beang, Klasis Pantar Barat)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)

RENUNGAN BULAN KELUARGA: HIDUP DENGAN RASA CUKUP (I TIMOTIUS 6: 2b - 12)