RENUNGAN BULAN LINGKUNGAN: MEMUJI ALLAH SANG PEMELIHARA (MAZMUR 147)

 Bulan November ditetapkan oleh Gereja Masehi Injili di Timor sebagai Bulan Lingkungan.

Pemanasan global membuat dunia khawatir akan keberlanjutan hidup manusia di dunia ini. Hal ini bukan isapan jempol belaka. Sebuah laporan dari panel pemerintah tentang pemanasan global menemukan bahwa dunia mungkin memanas hingga 1,5⁰C pada awal tahun 2030. Kenaikan ini mengancam negara-negara kepulauan di Samudra Pasifik, termasuk Indonesia. Salah satu penyebab pemanasan global adalah perusakan hutan baik penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian, kebakaran hutan dan eksploitasi hutan. 

Menurut para ahli, masalah lingkungan disebabkan adanya fakta “tiga over” (tiga hal berlebihan), yakni over pollution (populasi berlebihan); over popullatian (jumlah penduduk yang berlebihan); over consumption (konsumsi berlebihan).

1.    Over Pollution

Sudah luas diketahui bahwa hubungan gas korban yang berlebihan ke atmosfir yang dapat mengakibatkan yang dikenal sebagai efek rumah kaca (green house effect), yakni ketidakseimbangan dalam atmosfir yang membawa dampak berupa perubahan iklim global yang dalam hal tertentu mengancam keberadaan hutan tropis dan hutan hujan (tropical and rain forets).

2.    Over Populatian

Tingginya laju pertumbuhan penduduk dunia yang berakibat pada makin bertambahnya kebutuhan akan ruang pemukiman, pertanian, industri perdagangan sehingga ruang untuk pohon, hutan, dan tumbuhan makin menyusut sempit.

3.    Over Consumption

Over consumption berkaitan dengan praktik-praktik perluasan pemukiman  dan perumahan, over cutting yang mencakup, baik legal loging oleh industri perkayuan, maupun illegal loging  oleh penduduk. Semua ini mengarah pada ancaman atas ekositem hutan (deforrestation).

Adapun akar penyebab dari “tiga over” ini juga adalah kuatnya budaya antroposentrisme yang melahirkan ekonomi rakus (laissez faire economy), yang hegemonik maupun watak eksploitatif destruktif dari teknologi modern global.

Bacaan Alkitab di minggu pertama bulan lingkungan terambil dari Kitab Mazmur 147:1-20. Pemazmur meminta kepada umat untuk bermazmur bagi Tuhan. Ada dua ungkapan yang kita temukan dalam bacaan ini, yakni “Megahkanlah Tuhan”, dan “Pujilah Allahmu”. Dua ungkapan ini merupakan sebuah ritual, simbol pengudusan hidup manusia. Ada aktifitas leutorgia/abodah untuk “megahkan dan pujilah,” bukan sebagai aktifitas statis, melainkan pelayanan kongkret terhadap sesama dan alam ciptaan-Nya.

 Mazmur 147 begitu erat menyatukan karya penciptaan Allah (bintang-bintang, gandum, air, salju, angin) dan karya penebusan Allah (menyelamatkan, menyembuhkan, melindungi) sehingga keduanya pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. 

Dari bacaan kita saat ini, ada tiga alasan mengapa Tuhan layak dimegahkan dan dipuji:

Pertama, ayat 1-6, Allah yang mengumpulkan orang Israel yang tercerai berai dan menyembuhkan serta membalut luka-luka mereka. Pemazmur menggambarkan Tuhan Allah sebagai seorang dokter. Dan juga Tuhan Allah digambarkan sebagai seorang arsitek, Ia menciptakan, menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut namanya. Pemazmur menekankan bahwa semua benda-benda langit hannyalah ciptaan, bukan untuk disembah. Hal ini dikatakan oleh Pemazmur kepada umat yang hidup di tengah-tengah bangsa lain yang menyembah benda-benda langit sebagai Tuhan. Benda-benda langit hanya ciptaan, bukan pencipta. Tuhan berkuasa penuh atas benda-benda langit tersebut, sehingga Ia memberi nama kepada setiap benda-benda langit. Kemudian Pemazmur menggambarkan Tuhan sebagai seorang dokter. Ia mengumpulkan umat-Nya, secara psikologis Ia memulihkan hati mereka dan juga menyembuhkan luka fisik mereka. Pemazmur menggunakan istilah “menyembuhkan” dan “membalut”. Arti dari dua kata ini adalah Tuhan Allah menutup aib umat-Nya. Kata ini berhubungan dengan ayat 6, di mana Ia menegakkan kembali orang-orang tertindas. Pemazmur mengatakan bahwa Tuhan berlimpah kekuatan dan kebijaksanaan (ay. 5). Oleh karena itu megahkan Dia dan pujilah Dia.

Kedua, ayat 7-11, Tuhan menyediakan air hujan, menumbuhkan tanaman dan memberi makanan bagi hewan. Di sini kita menemukan Tuhan sebagai seorang petani dan juga seorang peternak yang menyiapkan air, menanam dan memberi makan kepada ternak. Bumi adalah ladang Tuhan, Ia mengelolanya dengan baik. Ia memperhatikan setiap makhluk ciptaan-Nya, Ia memberi makan kepada yang lemah. Namun ada catatan dari Pemazmur bahwa Tuhan tidak suka kepada kekerasan (ay. 10). Kuda dan kaki laki-laki adalah lambang kekerasan. Kuda pada waktu itu digunakan sebagai kendaraan perang.

 Tuhan suka kepada orang-orang yang takut akan Dia dan berharap kepada kasih setia-Nya. Pemazmur hendak mengatakan bahwa Tuhan mengelola alam dengan kasih setia dan kelembutan. Kasih dan kelembutan dinyatakan dengan menyiram, menanam, memberi makan, bahkan membalut dan menyembuhkan. Karena itu, Pemazmur meminta kepada umat untuk menaikkan syukur dan bermazmur bagi-Nya (ay. 7).

Ketiga, ayat 12-20, merupakan mazmur hymne, yaitu nyanyian untuk mengagungkan Tuhan. Mazmur ini menggambarkan perbuatan Tuhan yang menunjukkan keagungan dan kemahakuasaan-Nya, bukan dalam simbol abstrak, melainkan dalam pengalaman sehari-hari. Di mana Allah memperhatikan secara unik terhadap umat-Nya. Tuhan mengirimkan firman Ilahi (ay. 15). Tuhan mengirimkan salju, angin, dan hujan es (ay. 16-17). Allah menyampaikan firman Allah yang penuh kuasa (ay. 18-19). Kepedulian Allah yang unik terhadap umat-Nya (ay. 20a). Pada bagian ini, kita menemukan fenomena cuaca yang kuat dan tak terduga, yang menggambarkan firman Tuhan yang tak terduga. Kadang-kadang, salju, angin, dan hujan mendatangkan malapetaka; kadang-kadang mereka menyediakan air bagi bumi yang diperlukan untuk menghasilkan gandum terbaik (ay. 14). Firman Tuhan juga dimaksudkan untuk membawa kehidupan dan harapan; tetapi kadang-kadang Ia harus menantang dan mengutuk, mungkin melakukan keduanya pada saat yang sama. Firman Tuhan yang sama memberi kehidupan namun juga berbahaya seperti salju dan angin keras.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, di bulan lingkungan ini, firman Tuhan mengajak kita untuk melihat kemahakuasaan Tuhan di dalam alam ciptaan-Nya. Tuhan adalah pencipta dan arsiteknya. Ia menciptakan bumi dan menatanya dengan indah. Pada dasarnya tanpa manusia mengurus alam, Tuhan Allah bisa mengurusnya. Alam tanpa manusia alam tetap ada, sebab ada Tuhan, namun manusia tanpa alam manusia tidak bisa hidup. Oleh karena itu manusia jangan mengangkat dirinya sebagai tuhan terhadap alam semesta. Ketika manusia menjadikan dirinya tuhan terhadap alam maka yang ada ialah penindasan terhadap alam. Ketika manusia mengangkat senjata untuk menindas alam, alam juga mengangkat senjata untuk melawan manusia. Karena itu terjadi bencana alam di mana-mana.

Kemudian ada yang bertanya: di manakah Allah?

Menurut Andar Ismail ada tiga kemungkinan. Pertama Allah lepas tangan. Masa bodoh. Lalu Allah cuci tangan dan berpangku tangan. Kedua, Allah jadi gatal tangan. Artinya Allah sudah tidak sabar lagi, ingin memukul manusia. Allah menjatuhkan tangan-Nya untuk menghukum dunia. Kemungkinan ketiga Allah angkat tangan.  Dari bacaan kita saat ini, Allah memilih kemungkinan yang lain, yakni kemungkinan keempat Allah turun tangan untuk menyembuhkan. Ia digambarkan sebagai seorang arsitek, dokter yang menyembuhkan, sebagai seorang petani yang menanam, menyimpan air untuk menyiram dan seorang peternak yang memelihara segala ciptaan-Nya. Oleh karena itu, mari kita megahkanlah Dia dan pujilah Dia. Pujian tidak hanya dalam ibadah dalam gereja, di rayon, tempat-tempat persekutuan lainnya, namun dinyatakan dalam karya, yakni menanam pohon, menanam air, merawat dan memelihara segala ciptaan Allah. Dengan begitu bumi yang terluka disembuhkan. Tuhan Allah melibatkan manusia untuk sama-sama merawat ciptaan-Nya, karena awal penciptaan manusia diberi perintah untuk menjaga dan memelihara alam (Ke. 2:15) bagi kelangsungan hidup manusia.

Kedua, Tuhan Allah menciptakan alam semesta lalu merawatnya dengan kasih setia, karena itu Dia membenci kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam (ay. 10). Ia tidak suka terhadap manusia mengelola alam dengan kekerasan. Apa bentuk kekerasan terhadap alam? Penebangan liar, cara bertani yang tidak ramah terhadap tanah, memburu binatang liar secara tidak bertanggung jawab, dst. Secara global, kita berhadapan dengan tiga over yang disebutkan di atas. Namun jika kita meminta kebijaksanaan dan kekuatan dari Tuhan maka kita bisa mengatasinya (ay. 5). Apa kebijaksanaan dan kekuatan Tuhan dalam mengelola alam? Kita membaca ayat 7-11, kita menemukan jawaban terhadap kebijaksanaan Tuhan. Kekuatan Tuhan terletak pada kuasa penciptaan yakni memerintah segala ciptaan. Kita menemukannya di ayat 15-18. Di bulan lingkungan tahun ini, firman Tuhan mengingatkan kita untuk merawat alam kita dengan kasih setia dan kebikjaksanaan bagi kelangsungan hidup ini dan anak cucu kita. Mari kita menggunakan segala daya dan kekuatan yang Tuhan berikan untuk mencegah, menentang segala perilaku kekerasan terhadap alam dan kembali memulihkan alam yang telah rusak.

Ketiga, kerusakan alam membuat kita sulit memprediksi cuaca. Akibatnya kita tidak memiliki persiapan untuk menghadapi berbagai bencana alam. Kita kuatir akan keselamatan, namun melalui firman Tuhan saat ini kita diingatkan bahwa Tuhan memelihara kita (ay. 14). Mari kita menaikkan pujian dan syukur kita kepada Allah sang pemelihara hidup kita. Segala sesuatu yang terjadi di dalam alam semesta ada dalam kendali-Nya, oleh karena itu mari kita tetap berharap kepada kasih setia-Nya (ay. 11b).

Keempat, di bulan lingkungan ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa bumi adalah ladang Tuhan. Maka kebun kita adalah kebun Tuhan, halaman rumah kita adalah halaman Tuhan. Sebagaimana Allah mengurus ladang-Nya dengan menyediakan air untuk menyiram tanaman, menanam, memelihara segala ternak dengan memberi makan, maka sebagai anak-anak Tuhan, apa yang kita siapkan untuk menyambut musim hujan? Apa yang kita buat terhadap ladang kita yang adalah ladang Tuhan? Apa yang kita lakukan untuk mengurangi pemanasan global? Bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan mengurangi “tiga over” yang telah disebutkan di atas? Memulai dari diri kita, halaman rumah kita, kebun kita, halaman gereja kita, dst. Amin.

Selamat memasuki Bulan Lingkungan GMIT tahun 2024.

     


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)

RENUNGAN BULAN KELUARGA: HIDUP DENGAN RASA CUKUP (I TIMOTIUS 6: 2b - 12)