Renungan Minggu Adven Keempat: BERGEMBIRA KARENA PERBUATAN ALLAH (LUKAS 1:46-56)

 

Masa Adven adalah masa di mana kita diajak untuk menatap ke depan, diajak untuk mengantisipasi masa depan. Oleh karena itu, masa Adven biasa disebut masa penantian. Tetapi tidak boleh kita lupakan bahwa masa Adven tidak hanya mengajak kita untuk menatap ke depan, tetapi mengajak kita untuk menengok ke belakang. Merayakan minggu-minggu Adven berarti mengingatkan kita kembali bahwa apa yang paling kita harapkan, bahkan paling diharapkan oleh seluruh umat manusia sudah terjadi. Sudah terealisasi. Yesus sudah datang. Kedatangan-Nya dalam sejarah umat manusia akan kita peringati dalam bentuk perayaan Natal.

Oleh karena itu, merayakan Adven adalah menantikan apa yang masih akan terjadi dan sekaligus memperingati yang telah terjadi. Adven mengajak kita untuk menatap ke depan, tetapi juga mengajak kita menengok ke belakang. Setelah itu, Adven mengajak kita memahami bagaimana kita sekarang hidup, kini dan di sini.

Hari ini kita memasuki minggu Adven keempat. Gereja-gereja akan masuk dalam perayaan Natal, walaupun ada gereja yang telah mendahului merayakan Natal.

Lukas yang mencatat tentang Magnificat Anima Mea (Jiwaku Memuliakan Tuhan) 1: 46-56, nyanyian pujian Maria, seorang perempuan, yang sangat terkenal dalam sejarah gereja. Dari Lukas kita mendapat gambaran yang luas dan halus tentang pemberitaan kelahiran Yesus dan kunjungan Maria ke rumah Elisabet, ibu Yohanes Pembaptis (1:26-44).

Mendengar ucapan-ucapan yang penuh dengan Roh Kudus oleh Elisabet, Maria bersukacita sehingga dari mulutnya keluar puji-pujian bagi Tuhan. Nyanyian Maria ini kutipan dari kitab Perjanjian Lama terutama dari Kitab Mazmur dan Nyanyian Hana. Pujian Maria menunjukkan bahwa ia dipakai Allah. Nyanyian ini disebut The Magnificat, versi bahasa Latinnya adalah Magnifica anima mea Dominum, keinginan yang besar adalah untuk memuliakan kebesaran Allah, bukan dirinya sendiri.

Kidung pujian Maria termasuk kidung-kidung yang terindah. Kidung ini tidak mengandung keangkuhan atau peninggian diri sendiri. Kidung ini sangat sopan santun sehingga menawan hati. Buat Maria, hannyalah ada satu rahasia besar yang tak dapat dipahami, yakni bagaimana mungkin hamba yang rendah ini disanggupkan Allah untuk menerima bahagia yang begitu besar? (baca: ay. 26-38).

Maria memuliakan Tuhan karena Allah dan jiwanya mengagungkan Tuhan. Pujian kepada Allah berasal dari rohnya yang diekspresikan melalui jiwanya. Sebuah kesungguhan yang keluar dari dalam jiwa. Roh Maria bergejolak riang karena Allah Juruselamatnya, bukan hanya karena Allah pencipta. Ia menganggap Allah lebih dari Pencipta. Allah bagi Maria seorang penolong dan juruselamat yang melampaui akal manusia. Di melaksanakan rencana-Nya di luar kehendak dan pengetahuan manusia. Peristiwa ini merupakan pengalaman yang ia alami.

Kemudian pujian tersebut menggambarkan sikap seorang hamba yang menyadari identitas dan keterbatasannya untuk menerima pemberian yang begitu besar dari Tuhan. Di tengah-tengah pergumulan yang hebat, karena harus menanggung malu, belum menikah, namun sudah hamil, ini merupakan aib yang begitu menyakitkan. Ia melakukan perjalanan yang melelahkan dari Nazaret ke kota Betlehem, Maria bisa berkata “Jiwaku memuliakan Tuhan, hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku”. Ungkapan dan pujian ini bisa terucap hanya bagi mereka yang sungguh-sungguh telah menikmati anugerah dan karunia dari Tuhan saja yang bisa berpikir betapa Tuhan itu agung dan mulia.

Dari magnifikat ini kita mencatat beberapa pokok:

Pertama, Tuhan memperhatikan orang yang rendah hati, yang memberi diri untuk menjadi alat-Nya (ay. 48). Maria menyadari akan siapa dirinya. Ia bukan seorang yang kaya, terkenal, terhormat, istri dari salah seorang imam, namun atas kebaikan dan kemurahan maka Tuhan telah memilih dia untuk melaksanakan kehendak-Nya untuk menjadi ibu Mesias. Ia mengandung Juruselamat umat manusia. Hal ini hanya karena perbuatan Tuhan, rahmat Tuhan, bukan karena kebaikannya (ay. 49-50).

Kedua, Tuhan menceraiberaikan orang-orang yang congkak hatinya (ay. 51-52). Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dan meninggikan orang-orang yang rendah (orang-orang kecil dalam masyarakat). Ia memilih Maria yang dianggap kaum lemah, pendosa, untuk meruntuhkan struktur sosial, budaya dan agama yang menindas serta diskriminatif terhadap perempuan dan kaum yang lemah. Dengan adanya pemilihan Maria, kesombongan para penguasa dan ahli-ahli agama diruntuhkan dari takhta mereka. Allah membenci orang yang congkak dan mengasihi orang-orang kecil.

Ketiga, Tuhan melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa (ay. 53). Orang-orang lapar, miskin, diperhatikan oleh Tuhan. Ia tidak akan lupa akan janji-Nya kepada umat-Nya (54-55).

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, di minggu Adven yang terakhir mari kita mengagungkan Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa. Kita ada hingga saat ini bukan karena kehebatan kita tetapi karena anugerah-Nya. Selama empat minggu kita berada dalam masa persiapan penantian kedatangan Tuhan dan kita akan masuk dalam perayaan Natal. Kita merayakan dan mensyukuri karena harapan kita dan harapan seluruh umat manusia telah digenapi oleh Allah lewat kedatangan Yesus. Itu bukan karena prestasi manusia, Anda dan saya, tetapi hanya karena kemurahan Tuhan. Karena itu bernyanyilah bagi Tuhan, bergembiralah dalam Tuhan, melayanilah Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa.

Kedua, di minggu Adven yang terakhir ini, mari kita menyambut kedatangan Tuhan dengan kerendahan hati. Mari kita menyadari keterbatasan kita sebagai manusia untuk menerima pemberian besar dari Allah bagi seluruh umat manusia di tengah-tengah pergumulan hidup kita. Ia datang kepada mereka yang menyambut-Nya dengan segala kesederhanaan, yang menanggalkan takhta budaya yang menindas yang lemah, merasa superior terhadap yang lain, dst.

Ketiga, di minggu Adven keempat ini mari kita bergembira dan bersyukur karena Allah baik kepada kita, Dia memperhatikan kita yang lemah dan mengangkat kita. Ia memilih Maria dari keluarga yang sederhana untuk menjadi alat-Nya. Ia juga memilih Anda dan saya menjadi alat-Nya. Rasa syukur ini kita rayakan bersama dalam keluarga dalam rumah, bersama umat di rayon/gugus dan di gereja.

Keempat, Adven kita merayakan yang masih akan terjadi dan yang telah terjadi. Kini dan di sini, kita dipimpin dalam Roh Kudus. Sambil bergembira karena merayakan yang telah terjadi seperti Maria dan Elisabet,  namun mari kita selalu mempersiapkan diri untuk menanti yang masih akan terjadi. Oleh karena itu, kita mengingat perumpamaan Yesus tentang sepuluh anak dara, lima yang bodoh dan lima yang bijak. Jadilah yang bijak yakni sedia minyak agar pelita tidak padam saat kedatangan-Nya. Amin. FN.

Selamat Menyongsong Natal.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)

RENUNGAN BULAN KELUARGA: HIDUP DENGAN RASA CUKUP (I TIMOTIUS 6: 2b - 12)