Renungan Natal tanggal 24: ALLAH MENYERTAI KITA (MATIUS 1:18-25)

 

Menurut Eka Darmaputera, ada perbedaan nuansa antara keempat Injil saat mereka mengisahkan peristiwa Natal. Injil Lukas dan Matius menceritakan peristiwa Natal sbb:

Lukas menceritakan peristiwa Natal sebagai sesuatu yang dramatis dan spektakuler. Cahaya surgawi yang menerangi kegelapan malam di padang Efrata. Simfoni besar para Malaikat yang menyanyikan nyanyian-nyanyian suci. Berita yang sangat membesarkan hati, “Jangan takut,,,”

Matius lain lagi. Ketika Matius mengisahkan Natal, ia mengambil sisi yang jauh dari spektakuler. Natal sebagai peristiwa keluarga. Ada memang yang dramatis dan romantik, tetapi yang menonjol tragis. Maria mengandung bukan karena hubungan dengan tunangannya. Yusuf berencana menceraikan dia secara diam-diam karena ia masih mencintai Maria, namun tidak ada pilihan lain.

Pertama, ayat 18-19. Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.”

Kata “kelahiran” memperjelas bahwa kehadiran Mesias itu benar adanya. Kelahiran melalui seorang perawan bukanlah sebuah mitos. Kata tersebut menegaskan silsilah Yesus sebagai Mesias, Anak Daud. Ayat ini memberi informasi bahwa Maria mengandung setelah ia bertunangan dengan Yusuf, sebelum mereka hidup sebagai suami-istri. Dengan kata lain, proses pernikahan antara Yusuf dan Maria belum selesai secara adat Yahudi, kendati mereka sudah bisa disebut suami-istri. Sebab pada tahap terakhir pengantin pria harus membawa pengantin perempuan ke rumahnya dan mulai hidup bersama sebagai suami-istri dan dengan ketentuan bahwa istri harus masih atau tetap berstatus perawan. Yusuf adalah seorang tulus hati yang artinya kehati-hatian dalam menjalankan hukum atau tidak ingin mempermalukan Maria, meskipun dicurigai berzina karena hamil di luar nikah.

 Yusuf mengalami tiga dilema. Pertama, ia tidak percaya bahwa seorang gadis yang murni dan taat seperti Maria mengandung anak yang bukan dari dirinya. Kedua, ia tidak dapat mempercayai cerita yang disampaikan Maria kepadanya. Ketiga, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap situasi tersebut.

Yusuf tidak mau mencelakakan Maria sehingga memilih jalan untuk menghindarkannya dari aib publik dengan prosedur perceraian secara diam-diam atau tidak di hadapan persidangan publik. Dengan kata lain, Yusuf memilih jalan belas kasih untuk menunjukkan cintanya kepada Maria lewat pertimbangannya pribadi.

Dalam kehati-hatian Yusuf dalam bertindak mengambil keputusan dan ketulusan mengasihi Maria, Allah menyertai kedua pasangan ini. Ia mencegah Yusuf untuk menceraikan Maria, karena itu Tuhan datang bertemu dengan Yusuf melalui mimpi.

Kedua, ayat 20-21. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.

Penyampaian pesan kepada Yusuf oleh malaikat terjadi melalui mimpi. Kunjungan malaikat kepada Yusuf untuk memberitahukan mengenai pengandungan Yesus dari perawan Maria bukan karena perzinaan, melainkan karena kuasa Roh Kudus. Peran serta Roh Kudus ini memberikan kepada-Nya dua gelar besar, yakni Anak Allah dan Anak Daud. Sebutan “Anak Daud” memperlihatkan paternitas Yesus yang sah dari keturunan Daud.

Pemberian nama kepada Yesus ini menunjukkan peran dalam misteri penyelamatan. Yusuf menuruti anjuran Malaikat untuk menerima tugas utamanya, yakni tidak ragu bertindak dan menjalaninya sebagai bagian dari rencana Tuhan dan memberi nama kepada Anak yang dilahirkan Maria. Seturut hukum Yahudi pemberian nama menegaskan pengakuan sahnya atas Yesus sebagai putranya sendiri sehingga oleh karenanya juga sebagai “Anak Daud”. Matius tertarik dan memberi perhatian atas arti nama itu yang diambilnya dari Yes 8:10.29. Nama “Yesus” sebenarnya adalah bentuk Yunani dari nama Ibrani Yeshua atau Yesu yang merupakan singkatan dari Yehosua atau Yosua yang berarti YHWH membantu atau TUHAN yang menyelamatkan, bukan dari kekuatan bangsa asing, melainkan dari dosa.

Allah menjalankan rencana penyelamatan umat manusia bukan dalam kehampaan, melainkan dalam sebuah konteks tertentu. Ia memakai manusia sebagai alat-Nya. Kedua gelar menunjukkan keilahian-Nya dan juga kemanusiaan-Nya.

Ketiga, ayat 22-23. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” artinya: Allah menyertai kita

Kata “tergenapi” memberikan informasi bahwa nubuat dalam Perjanjian Lama telah terpenuhi dalam Yesus. Pola penyampaian wahyu oleh malaikat dan ketaatan Yusuf (khususnya dalam memberikan nama) menunjukkan penggenapan dari apa yang telah dijanjikan. Pemberian nama ‘Yesus’ dalam Injil Matius berbeda dengan teks Ibrani (dia akan menamai) dan Septuaginta (kamu akan menamai). Tafsiran Penginjil Matius berdasarkan situasinya yang sedang melihat ke orang-orang yang disebutkan dalam Mat. 1:21 (Dia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka), sehingga Matius menggunakan kata “mereka akan menamakan Dia Imanuel”. Istilah “Imanuel” menyangkut tugas yang akan dilakukan oleh orang tersebut. Imanuel berarti Allah beserta kita. Dalam Perjanjian Baru, kelahiran Yesus terjadi saat situasi politik, sosial dan ekonomi yang tidak menentu. Orang Israel dijajah di negeri sendiri oleh bangsa Romawi. Dalam situasi yang demikian Allah hadir dalam diri Sang Imanuel.

Keempat, ayat 24-25. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya. Tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Kata “mengambil” diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan take home dan dalam bahasa Indonesia menjadi mengambil. Ayat ini merupakan puncak cerita pemakluman kepada Yusuf dan ketaatannya mengikuti perintah Tuhan. Ia telah menyelesaikan tahap pertunangan dan melanjutkan ke tahap pernikahan dengan tinggal bersama sebagai suami-istri. Semua ini adalah bentuk ketaatan Yusuf yang sempurna seturut perintah malaikat Tuhan. Terkait dengan hal ini Matius menggunakan istilah “dia tidak mengenalnya sampai” atau dalam terjemahan baru dituliskan “dia tidak bersetubuh dengan dia sampai” yang menekankan bahwa sebagai perawan, Maria mengandung dan melahirkan Yesus.

Maria dan Yusuf menjaga kesucian hubungan pertunangan mereka. Yusuf adalah seorang laki-laki yang taat atas petunjuk Allah.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, perayaan Natal kita diingatkan bahwa Allah bekerja untuk menolong manusia melampaui pengetahuan manusia. Kita membayangkan posisi Maria dan Yusuf. Apa yang hendak dia mau pertanggungjawabkan kepada keluarganya, lembaga agama dan terlebih kepada tunangannya, sebab peristiwa yang Ilahi ini hanya dia sendiri mengalami. Kemudian Yusuf, orang yang dia cintai tiba-tiba hamil, bukan baru pacaran namun sudah bertunangan. Namun dalam posisi yang demikian, Tuhan hadir menyelamatkan hubungan mereka. Allah memilih seseorang untuk memakai-Nya, Ia tidak melepaskan melainkan menyertai dan menyelamatkan. Penyertaan Tuhan dan penyelamatan dengan cara-Nya yang melampaui pengetahuan dan akal manusia.

Kedua, merayakan Natal mari kita berkata seperti Maria dan melakukannya kehendak Tuhan sebagaimana Yusuf. Maria berkata, “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Maria pasrahkan hidupnya kepada kehendak Tuhan. Yusuf taat akan perintah Tuhan. Ia bangun dari tidurnya melakukan seperti yang disampaikan oleh Malaikat. Dia tanpa protes, tidak bicara banyak, namun ia melakukan kehendak Tuhan. Kepasrahan kepada kehendak Tuhan dan ketaatan merupakan semangat Natal tahun ini. Yakinlah bahwa Tuhan menyertai orang yang pasrah terhadap Tuhan dan taat kepada kehendak-Nya.

Ketiga, merayakan Natal kita diingatkan bahwa Sang Imanuel telah ada di tengah-tengah kita. Ia menyertai kita dalam situasi apa pun. Kelahiran Yesus dalam konteks Israel yang mengalami kesulitan hidup karena dijajah. Nama dan gelar yang diberikan memberikan harapan kepada setiap orang tertindas. Ada penyertaan dan penyelamatan dari Tuhan kepada setiap orang yang pasrah kepada Tuhan dan mengikuti kehendak-Nya.

Keempat, merayakan Natal dengan menjaga kesucian hidup dan kesucian relasi. Kita belajar dari Yusuf dan Maria. Yusuf mengetahui bahwa tunangan hamil dia tidak bertindak mencemari nama baik tunangannya. Ketika dia mengambil Maria menjadi istrinya saat Maria mengandung Yesus ia tidak bersetubuh dengan Maria. Menjaga kesucian hidup bukan supaya kita dipilih dan dipakai oleh Allah. Tidak, melainkan Allah telah memilih kita dan memakai kita sebagai orang berdosa. Allah yang memilih kita dan memakai kita adalah Allah suci karena jagalah kesucian nama-Nya. Merayakan Natal sebagai orang-orang pilihan Allah. Amin. (FN).

Selamat merayakan Natal bagi kita semua. Salam Natal dari Klasis Amanuban Timur.




 

 

 

 

 

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)

RENUNGAN BULAN KELUARGA: HIDUP DENGAN RASA CUKUP (I TIMOTIUS 6: 2b - 12)