Renungan Syukur Natal: MEMANCARKAN KASIH KARUNIA ALLAH (TITUS 2:11-15)

 26 Desember 2024,

Ada seekor ikan kecil yang sementara bermain di pinggir kali. Dia mendengar percakapan dua orang anak manusia di tepi kali tentang air. Tanpa air manusia dan segala tumbuhan pasti mati termasuk ikan-ikan dalam air.  Si ikan kecil ini penasaran tentang apa itu air. Dia jalan keliling, setiap kali bertemu dengan rekan-rekan ikan yang lain bertanya tentang apa itu air, namun tidak ada seekor ikan yang bisa menjelaskan apa itu air. Dia dari hulu ke hilir untuk bertanya tentang apa itu air. Bertemulah dengan ibunya, lalu ia bercerita kepada ibunya bahwa tadi dia mendengar anak manusia bercerita tentang air. Katanya tanpa air manusia, tanaman dan kita pun mati. Lalu ibunya berkata kepadanya. “Nak, kita hidup karena di dalam air! Jika kita tidak hidup dalam air maka kita bukan ikan. Kita dibentuk, tumbuh dan besar dalam air.” Si ikan kecil tercengang mendengar cerita ibunya sambil melambai-lambai ekornya. Cerita ini menghantar kita dalam perenungan kebaktian syukur Natal saat ini.

Kita hidup karena kasih karunia Allah.

Surat Paulus kepada Titus dapat disebut juga surat penggembalaan karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanan. Titus bukan Yahudi (Gal. 2:3), namun ia telah melayani serta melakukan perjalanan pelayanan bersama Paulus (Gal. 2:1-3). Titus juga membantu Paulus sebagai utusan yang sangat setia kepada gereja-gereja yang ada di Korintus (2 Kor. 7:6-7).

Walaupun ditulis dalam teks yang sangat singkat, surat ini mengandung doktrin yang sangat mendalam. Konsep keselamatan tampaknya menjadi salah satu hal yang dibahas dengan sangat hati-hati. Tujuan dari surat ini untuk menguatkan mereka agar berdiri teguh dalam Injil ketika menghadapi tantangan-tantangan bidat. Kita melihatnya per-ayat.

Ayat 11. Kasih karunia Allah yang telah menyelamatkan semua manusia sudah nyata.

Hidup baru yang dianjurkan di ayat 2-10 tidak dapat dicapai dengan kemampuan manusia sendiri, berdasarkan hukum-hukum, melainkan hanya dimungkinkan oleh kasih karunia Allah. Apa itu kasih karunia? Kasih karunia dalam Perjanjian Lama bahasa Ibrani khen. Kata ini berarti perbuatan atasan (dapat juga Allah) yang menunjukkan kepada bawahannya di mana bawahan itu sendiri tidak layak menerimanya (Kej 6:7; Kel 33:17; Bil 6:25). Sedangkan Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani kharis adalah kata yang biasa dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani khen. Kata kerja kharizesthai dipakai untuk menunjukkan arti pengampunan, dari manusia dan juga dari Allah (Kol 2:13; 3:13; Ef 4:32).  Kasih karunia adalah kemurahan Allah yang diberikan kepada orang berdosa yang tidak layak menerimanya.

Kasih karunia Allah sudah nyata. Apa maksudnya? Untuk kata sudah nyata dalam bahasa aslinya dipakai suatu kata kerja yang menggambarkan menyingsingnya fajar. Sama seperti kegelapan malam yang tiba-tiba diterobosi oleh fajar, demikian juga keadaan manusia yang berabad-abad lamanya gelap tiba-tiba diterobos oleh terang kasih karunia Allah.

Kasih karunia Allah datang di dalam Yesus untuk menyelamatkan tidak hanya semasa Yesus di dalam dunia melainkan terus berlangsung sampai sekarang. Kasih karunia Allah tidak berhenti di Golgota, melainkan terus bekerja sebagai suatu kekuatan yang memperbaharui hidup orang percaya.

Ayat 12. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.

Kasih karunia Allah digambarkan sebagai person (Ia). Kasih karunia itu tidak hanya  memberikan pengampunan dosa, melainkan ia mendidik kita, dalam arti mengajar kita mengenai kehendak Allah dan memberikan kekuatan untuk melaksanakan itu. Cara kerja kasih karunia Allah memberi kekuatan untuk melaksanakan itu. Kasih karunia Allah mempunyai dua segi yang negatif dan yang positif. Segi negatif berwujud meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi. Kata meninggalkan menunjukkan adanya pemutusan dengan hidup yang lama. Segi positif berwujud hidup bijaksana (dalam bahasa aslinya artinya dapat menguasai diri), adil dan beribadah. Hal ini melukiskan sikap baru dari orang percaya terhadap diri sendiri terhadap sesama manusia (adil) dan terhadap Allah (beribadah).

Di dalam dunia sekarang ini. Istilah dunia sekarang ini adalah istilah Semitis yang menggambarkan keadaan dunia sebagai wilayah yang berada di bawah kekuasaan si jahat. Namun kasih karunia Allah tidak membiarkan dunia ini, melainkan berusaha memperbaiki keadaan melalui kehadiran umat Allah.

Ayat 13.  Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan  Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.

Kata penyataan mempunyai arti yang sama dengan “sudah nyata” dari ayat 11. Kedua-duanya menunjuk kepada kedatangan Yesus. Di ayat 11 menunjuk kepada kedatangan yang pertama sedangkan di ayat yang ke 13 kedatangan-Nya yang kedua kalinya.

Penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Kata-kata ini mengingatkan kita tentang nubuatan Yesus di Matius 16:27.

Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh Bahagia, maka keselamatan yang sudah dialami oleh orang percaya pada masa sekarang dan memberikan pengharapan akan suatu keadaan di masa mendatang yang jauh lebih indah dan penuh bahagia.

Ayat 14. Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.

Ayat ini menyatakan apa yang telah dikatakan di ayat 11 dan 12, yaitu bahwa kedatangan Tuhan Yesus yang kedua untuk mengerjakan pembaharuan hidup. Walaupun rumusan kata-kata ini menonjolkan peranan pengorbanan Kristus. Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita. Hal ini menunjukkan pengorbanan Kristus secara sukarela menyelamatkan kita. Untuk membebaskan kita dari segala kejahatan. Kata Yunani di sini diterjemahkan dengan membebaskan secara harafiah berarti: membayar uang tebusan untuk membebaskan seseorang. Uang tebusan yang dibayar Yesus adalah diri-Nya sendiri. Pembebasan yang dilakukan oleh Allah terhadap umat Israel kini dilakukan oleh Yesus Kristus terhadap umat-Nya.

Untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri. Bagian dari kalimat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang telah dikuduskan menjadi umat kepunyaan Tuhan sendiri. Yang rajin berbuat baik, yakni rasa terima kasih atas pengorbanan Kristus dan rahmat Allah yang menyelamatkan. Hal itu menimbulkan kerinduan dalam hati orang percaya untuk hidup bagi kemuliaan Allah.

Ayat 15. Beritakan semuanya itu, nasehatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang menganggap engkau rendah.

Semuanya itu, dalam bahasa aslinya “perkara-perkara ini” menunjuk pada ayat 11-14 yang merupakan pokok surat Titus. Hal-hal yang menyimpang dari pokok-pokok di atas harus dihindari. Kalimat yakinkanlah orang dengan  segala kewibawaanmu berarti dengan segenap kekuatanmu.

Jangan ada orang yang menganggap engkau rendah. Maksud Paulus jangan memberi alasan sehingga orang lain meremehkan engkau dalam perkara di atas, tetapi secara tidak langsung nasehat dimaksudkan untuk jemaat, agar jemaat tidak memandang remeh Titus ketika memberikan nasehat.  

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, melalui firman Tuhan saat ini, kita diingatkan bahwa peristiwa Natal menunjukkan kerapuhan manusia yang tidak mampu bangkit dari dosa sehingga Allah harus mengutus anak-Nya menjadi manusia sehingga manusia diselamatkan. Peritiwa Natal adalah kasih karunia Allah. Manusia tidak berdaya dan mati. Manusia seperti berjalan dalam gua yang gelap tak ada titik terang. Peristiwa Natal terang itu nampak sehingga memberi pengharapan kepada manusia untuk melihat jalan keluar dari kegelapan. Kini manusia tidak jalan dalam ketakutan dan kegelapan. Terang itu adalah kasih karunia Allah. Kini Ia sudah ada dan menerangi hidup kita. Hiduplah dalam terang itu sebagai anak-anak terang.

Kedua, merayakan Natal berarti kita bersyukur karena keselamatan masih berlaku sampai saat ini. Oleh karena itu pertobatan dan pembaharuan hidup masih terus berlangsung. Sebagai tanda syukur kita kepada Allah yang telah memberikan anak-Nya kepada kita, maka mari kita terus memperbaharui hidup kita. Kasih karunia Allah memampukan kita untuk terus menerus memperbaharui diri kita sampai kedatangan-Nya yang kedua kali.

Ketiga, kasih karunia Allah tidak hanya memperbaharui hidup kita tetapi mendidik kita atau mengajar kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi supaya kita hidup bijaksana. Manusia dapat menguasai diri dan beribadah kepada Tuhan. Merayakan Natal berarti kita hidup dalam kasih karunia Allah. Oleh karena itu memberi diri untuk didik atau diajar agar hidup menjadi bijaksana.

Keempat, sebagai orang yang merayakan Natal, nyatakan sikap hidup yang bijak dan beribadah agar orang tidak menganggap remeh kita. Tunjukkanlah sikap hidup, cara berpikir dan ajaran yang sehat kepada sesama bahwa kita adalah orang-orang yang hidup dalam kasih karunia Allah. Kita hidup karena kasih karunia Allah. Bersyukurlah!. Amin. FN.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)

RENUNGAN BULAN KELUARGA: HIDUP DENGAN RASA CUKUP (I TIMOTIUS 6: 2b - 12)