Renungan: BERNYANYILAH DENGAN SEGENAP HATI UNTUK TUHAN (Efesus 5:17-21)
Pernahkah
kita menyanyi sendiri di kamar mandi? Atau di kebun? Di atas pohon tuak?
Mengapa demikian? Ada beberapa alasan: pertama, karena suasana hati, gembira,
senang atau mungkin sedih. Kedua, untuk menenangkan diri yang bisa mengurangi
kecemasan, stres dan memberikan kenyamanan. Ketiga, kreativitas dan ekspresi,
yaitu seseorang mengekspresikan dirinya secara spontan. Keempat, perilaku
kebiasaan, lagu sudah tertanam dalam memori seseorang, dst. Ada orang tertentu
yang menyanyi saat karena mabuk alkohol. Namun setelah sadar diminta untuk menyanyi di gereja
atau pertemuan-pertemuan mereka menolak.
Pertanyaan
yang menarik adalah: bagaimana menyanyi dengan segenap hati untuk Tuhan? Kita
tidak bisa menilainya, hanya orang itu dan Tuhan yang tahu.
a. Latar
Belakang Singkat
Surat
kepada jemaat di Efesus merupakan salah satu surat Paulus. Ayat 17-21 merupakan
bagian akhir dari perikop/judul HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG. Sidang pembaca
di Efesus bukan orang beriman keturunan Yahudi (Ef.2:1-4.11-13;3:1-2;4;17)
melainkan
orang beriman non Yahudi. Mereka bergerak dalam alam pikir yang bercirikan
sinkritisme. Dunia (jagat raya) dipikirkan oleh orang Yunani. Ada istilah
seperti “kepenuhan”, “rahasia”, “hikmat”, dll. Istilah seperti perkawinan suci
yang laku di kalangan
Yunani, yang terpengaruh oleh ilmu kebatinan dan agama-agama rahasia. Jadi
sidang pembaca jemaat Efesus bergerak dalam kehidupan keagamaan yang berupa
campuran.
b. Pembahasan
teks (ayat)
Ada
dua bagian dari isi surat Efesus: Pertama, hampir seluruh isi surat
ini berisi doa. Ada doa permohonan dan pujian, ada ucapan syukur atas iman
sidang pembaca. Kedua, penerapan dan ajakan praktis. Kaum beriman diminta harus
hidup sesuai dengan panggilannya.
Bacaan
kita saat ini dapat dibagi sbb:
§ Ayat
17-18, sebagai orang yang telah dipanggil oleh Kristus, diminta agar
memperhatikan/melihat kembali cara hidup. Penulis meminta agar hiduplah sebagai
orang percaya, yaitu orang yang arif atau bijak sana, berhikmat. Kehidupan
orang yang telah dipanggil oleh Kristus jangan seperti orang bebal (malas tau).
Orang yang arif adalah orang yang menggunakan waktu yang ada, dan memanfaatkan
waktu ini untuk mencari kehendak Tuhan agar mengetahui kehendak-Nya.
Ayat 18, sebagai orang-orang telah
dipanggil oleh Tuhan tidak boleh ambil bagian dalam kegelapan, misalnya minum
anggur sampai mabuk, tetapi hidup harus penuh dengan Roh Kudus atau hidup dalam
pimpinan Roh.
§ Ayat
19-21, orang-orang yang telah dipanggil oleh Tuhan, setiap hari kata-kata yang diucapkan
adalah pujian yang memuliakan Allah. Kata-kata yang membangun dan memotivasi.
Kata-kata penuh ucapan syukur. Dan selalu rendah hati (mengalah karena
kebenaran) serta saling memaafkan
POKOK-POKOK RENUNGAN
Maka
dengan demikian, ada beberapa pokok perenungan.
1. Jadilah
orang Kristen yang arif, hidup berhikmat, bijaksana. Bukan seperti orang bebal
atau orang bodoh. Orang arif ialah orang
yang cara berpikir dan bertindak yang benar, cara bertutur kata yang memuliakan
Tuhan dan berperilaku yang benar, cara menghasilkan dan menikmati hasil yang
baik. Bertindak arif dan merupakan nyanyian tanpa kata-kata yang berkenan
kepada Tuhan.
2. Orang
Kristen seharusnya dalam hati dipenuhi dengan Roh Kudus atau dipimpin oleh Roh
Kudus (Galatia 5:16,18,22-23). Karena hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus dan
hatinya dipenuhi dengan Roh Kudus maka hidupnya selalu memuliakan Tuhan. Yang
terpancar dari hidupnya adalah kemuliaan Tuhan. Hidup dan tutur katanya
merupakan pujian bagi Allah, bukan seperti orang mabuk laru.
3. Orang
Kristen selalu bersyukur dalam segala hal. Ungkapan syukur itu tidak hanya
karena ada peristiwa-peristiwa besar tetapi bersyukur dalam segala hal. Jika
Anda dan saya bersyukur hanya karena peristiwa-peristiwa besar itu namanya
“syukuran” yang membutuhkan persiapan matang. Tetapi kita diminta untuk bersyukur,
bukan syukuran. Bersyukur dalam segala merupakan pujian kita kepada Allah dan
itulah yang dikehendaki Tuhan.
4. Orang
yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah orang rendah hati dan saling memaafkan.
Menjalani kehidupan sebagai orang Kristen yang rendah hati dan saling memaafkan
sebagai pujian kita kepada Tuhan.
5. Jika
Anda dan saya tidak bisa bernyanyi maka lantunkan nyanyian lewat hidup,
tindakan dan tutur kata kita. Itu merupakan pujian yang hidup dan berkenan
kepada Allah. Jika Anda dan saya bisa bernyanyi bagi Tuhan, maka marilah terus
bernyanyi bagi Tuhan dengan segenap hati. Amin. FN.
Komentar
Posting Komentar