Renungan Minggu Sengsara Keempat : TELADAN MERENDAHKAN DIRI DAN MELAYANI (Yohanes 13:1-12)

Teladan adalah sesuatu (perbuatan atau barang) yang patut ditiru atau dicontohi. Meneladani artinya mencontoh atau meniru. Sedangkan keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontohi. Ada dua macam bentuk keteladanan yaitu keteladanan disengaja dan tidak disengaja. Keteladanan disengaja adalah keteladanan yang disengaja oleh seseorang di dalam memberi contoh yang baik kepada orang lain supaya mereka dapat menirunya.

Dalam bahasa Yunani teladan berarti tupos. Kata tupos ini biasanya diartikan “contoh”, “teladan”, “gambaran” atau “pola”. Beberapa kali kata itu diterjemahkan sebagai “patung”, “bekas” dan “kiasan”, yang semuanya merupakan jenis gambaran. Kata tupos ini terdapat dalam 1 Tes 1:7, 1 Tim 4:12, 1 Petrus 5:3.1. Maka berdasarkan bahasa Yunaninya arti teladan memiliki pengertian suatu gambaran yang di tunjukkan yang patut ditiru dan dicontohi. 

Perenungan firman Tuhan di minggu sengsara keempat tentang keteladanan Yesus.

Pertama, ayat 1-3, mencatat bahwa ketika Yesus menyadari waktu-Nya di dunia ini akan segera berakhir, namun Ia sangat mengasihi murid-murid-Nya. Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Dalam bahasa Yunani eis telos yang telos mempunyai definisi kesudahan, akhir, sepenuhnya, kegenapan. 

Kasih itu juga ditunjukkan ketika Yesus mengetahui bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya. Pada saat itu Yesus membasuh semua murid-murid-Nya bahkan Yudas pun dibasuh kakinya oleh Yesus. Ini sebuah teladan kasih yang tak mengenal batas dalam mengasihi.

Kedua, ayat 4-11, Yesus menanggalkan jubah-Nya dan mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Setelah itu Yesus menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya secara bergantian. Apa yang dilakukan Yesus kepada murid-murid-Nya adalah sebenarnya tidak pantas dan layak dilakukan oleh Yesus. Yesus bukanlah seorang budak yang seharusnya membasuh kaki para murid. Yesus adalah Tuhan dan Guru yang seharusnya dilayani oleh para murid. Namun tidak demikian, justru Yesus melakukan pembasuhan kaki dengan mengambil peran sebagai budak. Tindakan Yesus dalam membasuh kaki para murid adalah memberikan teladan yang humanis, yaitu menghargai dan menjunjung tinggi martabat para murid. Melalui pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus kepada para murid, membuktikan bahwa Yesus memiliki kerendahan hati dan menghargai orang lain. Tindakan Yesus ini merupakan tindakan simbolis dan sengaja dilakukan oleh Yesus yang tidak diduga-duga oleh murid-murid. Hal ini terlihat dari respon seorang murid yaitu Petrus. 

Pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus merupakan sebuah kehormatan besar yang diterima oleh para murid yang sekaligus menyadarkan para murid bagaimana seorang guru dan murid harus saling menghargai dan menjunjung tinggi martabat manusia melalui sebuah pelayanan.

Selain itu, pembasuhan yang dilakukan oleh Yesus kepada murid menunjukkan akan pengampunan dosa yang akan dikerjakan melalui penderitaan dan kematian-Nya. Walaupun ada pengkhianatan, penyangkalan namun pengampunan dosa tersedia bagi mereka yang datang kepada Yesus. Orang-orang yang telah memperoleh pengampunan dan saling mengampuni adalah murid-murid Tuhan yang terus menerus saling melayani dan mengampuni.

Pada waktu itu pembasuhan merupakan kebiasaan yang umum dilakukan pada masa itu yakni pada ada acara perjamuan atau pesta, di mana tuan rumah menyediakan budak untuk membasuh kaki para tamu.

Ketiga, ayat 12-17, mencatat bahwa Yesus menghimbau bahkan menginstruksikan secara wajib kepada para murid untuk saling membasuh kaki seperti yang telah dilakukan Yesus kepada mereka. Teladan Yesus melakukannya dengan penuh kasih dan kerendahan hati. Ayat 15 mencatat bahwa Yesus mengungkapkan bahwa diri-Nya telah memberikan teladan kepada para murid. Dia adalah Guru dan Tuhan merendahkan diri untuk membasuh kaki mereka sebagai murid, apalagi mereka adalah murid, utusan Tuhan. Mereka akan melakukan dengan segala totalitas hidup seperti yang Ia lakukan. Murid-murid telah melihat dan tahu apa yang telah dilakukan oleh Yesus, maka dikatakan berbahagia maka mereka melakukannya sama seperti yang Yesus lakukan.

Keempat, ayat 18-20, Yesus mengingatkan kembali kepada salah seorang pilihan-Nya (Yudas) yang akan mengkhianati-Nya. Orang dekat yang makan bersama dengan-Nya. Kata yang digunakan ialah mengangkat tumit (menginjak atau meninggikan diri). Namun dengan jalan demikian, Ia harus mati untuk keselamatan umat manusia. Di sini kita menemukan nada peringatan Yesus kepada murid tersebut untuk sadar. Namun apabila murid tersebut tidak sadar dan pengkhianatan itu terjadi maka Ia meminta murid-murid untuk percaya kepada-Nya bahwa Dialah Tuhan yang akan menyelamatkan umat manusia lewat jalan kematian. 

POKOK-POKOK RENUNGAN

Kita berada di minggu sengsara keempat. Dari bacaan ini kita bisa mencatat beberapa pokok renungan.

Pertama, kita belajar tentang teladan Yesus mengasihi tanpa batas. Mengasihi orang yang mengkhianati kita, menyangkal kita bahkan lari meninggalkan kita saat kita dalam kesulitan. Seperti Yesus yang terus mengasihi murid-murid-Nya, walaupun ada yang mengkhianati. Bahkan nanti ada yang menyangkal dan lari meninggalkan Dia seorang diri. Pengorbanan menunjukkan kasih Allah yang tak terbatas itu. Kita diminta untuk mengikuti teladan tersebut.

Kedua, kita belajar tentang keteladanan dalam kerendahan hati, walaupun seorang guru, pimpinan, tuan. Yesus adalah Tuhan dan Guru tetapi Ia mau merendahkan diri-Nya membasuh kaki murid-murid-Nya. Ia mau menjadi seorang hamba untuk melayani. Anda dan saya adalah murid Yesus yang meneladani Yesus, yang bukan untuk dilayani, jadi bos dalam gereja yang main tunjuk dan perintah, namun memiliki kerendahan hati untuk melayani. Melayani sesama adalah menghargai dan menghormati sesama sebagai murid Yesus. Itu hanya bisa dilakukan pemimpin yang memiliki kerendahan hati. Yesus menderita dan mati untuk meninggalkan teladan tersebut bagi kita sebagai murid Yesus. 

Ketiga, melayani adalah kewajiban bukan hak. Murid-murid saling melayani dan mengampuni adalah sebuah kewajiban bukan hak. Hak maka prinsipnya adalah kalau mau melayani dan mengampuni tergantung dari saya.  Ayat 14 Yesus mengatakan “kamu pun wajib saling membasuh kakimu”. Mengapa? Karena Yesus telah terlebih dahulu melayani dan mengampuni kita. Menjadi murid Yesus wajib melayani dan mengampuni setiap orang. Penderitaan Yesus Kristus tersedia pengampunan bagi setiap dosa-dosa kita, dosa penyangkalan, pengkhianatan, dosa kesombongan, dst. Asal kita datang ke salib Yesus memandang kepada Dia, ada penyesalan dan disertai dengan pertobatan. 

Keempat, dunia sekarang ini, kita berada dalam krisis keteladanan, sehingga Anak-anak kita suka meneladani tokoh-tokoh yang ada di Tik Tok, FB, IG, bahkan FB-pro, di mana kita diajak untuk “mengikuti” konten mereka. Mari kita mengikuti teladan Yesus karena Anda dan saya adalah murid Yesus. Sebagai murid Yesus, mari kita menjadi teladan di bermedia sosial dan teladan dalam melayani. Amin. FN



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)

RENUNGAN BULAN KELUARGA: HIDUP DENGAN RASA CUKUP (I TIMOTIUS 6: 2b - 12)