HIDUP BERKENAAN KEPADA ALLAH ( MIKHA 6:1-16)


Nabi Mikha berasal dari kota kecil Moresyet-Gat (Mi 1:14) di bagian selatan Yehuda, suatu wilayah pertanian yang subur, sekitar 40 kilometer barat daya Yerusalem. Seperti Amos, Mikha berasal dari daerah pedesaan, mungkin dari keluarga yang sederhana. Sedangkan Yesaya, rekannya di Yerusalem, bernubuat kepada raja dan tentang situasi internasional. 

Pelayanan Mikha terjadi pada masa pemerintahan tiga raja Yehuda: Yotam (751-736 SM), Ahas (736-716 SM) dan Hizkia (716-687 SM). Tidak dapat disangkal bahwa pelayanannya bersama dengan pelayanan Yesaya, ikut berperan dalam membawa kebangunan rohani dan pembaharuan di bawah Raja Hizkia yang saleh.

Mikha adalah nabi pedesaan yang berani mengkritis bahkan mengutuk pemimpin Yehuda yang korup, nabi-nabi palsu, imam-imam fasik, pedagang-pedagang yang tidak jujur dan hakim-hakim yang kena suap. Ia menentang dosa-dosa ketidakadilan, penindasan para petani dan penduduk desa, keserakahan, kekikiran, kebejatan dan penyembahan berhala, dan mengingatkan akan dampak yang berat jikalau umat itu dan pemimpinnya terus bersikeras melakukan kejahatan.  

Pasal 6 menguraikan keluhan Allah terhadap umat-Nya dalam bahasa sebuah sidang pengadilan besar. Allah mengajukan gugatan terhadap Israel. 

Pertama, ayat 1-5, Tuhan ingin menyadarkan bangsa Israel tentang kelakuannya dalam sebuah sidang pengadilan. 

Ayat ini diawali dengan perkataan Allah, bagaimana Allah membawa bangsa Israel ke ruangan sidang pengadilan. Sebuah imajinasi yang hebat. Israel sebagai terdakwa. Gunung-gunung, bukit-bukit dan dasar-dasar bumi menjadi saksi. Kata Ibarani Har menunjuk kepada sebuah atau barisan bukit. Gunung-gunung dan bukit-bukit sering kali digambarkan sebagai saksi kasih karunia Allah yang abadi kepada Israel yang tetap ada mulai dari keluarnya dari tanah perbudakan hingga tiba di tanah yang dijanjikan. 

Gunung-gunung dan bukit-bukit juga menggambarkan keadaan wilayah pada konteks tersebut selain itu tempat ini dijadikan pula sebagai pusat penyembahan kepada Allah. Tuhan sebagai penuntut. Ruang sidang sepi. Dalam ayat 2 Tuhan menyampaikan gugatan dalam bentuk keluhan dalam bentuk pengaduan (ay. 3), bukan tuduhan, tetapi semacam keluhan yang bertitik tolak dari kasih setia Tuhan. 

Kata (umat-Ku) dalam ayat ini menunjukan kepada relasi erat antara Tuhan dengan umat-Nya. Hubungan antara Allah dengan umat-Nya ini terlihat dari pembebasan atas umat dari Mesir. Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Pertanyaan yang dikemukakan bermaksud supaya bangsa Israel menyadari masa lampau mereka, teristimewa sadar akan hubungan mereka dengan Tuhan. 

Dengan apakah engkau telah Ku lelahkan? Pertanyaan menunjukkan tindakan Israel yang jauh dari Allah, menunjukkan seolah-olah Tuhan telah melelahkan mereka sehingga membuat mereka berbuat demikian. Sikap pengeluhan Allah ini menunjukkan bahwa apa yang sudah dilakukan oleh umat Israel sudah sangat keterlaluan. 

Tuhan mengundang Israel untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diucapkan (jawablah Aku!), bahwa apakah Tuhan benar-benar memberikan beban kepada umat-Nya. Biarlah Israel sendiri yang memberikan kesaksian pertanggungjawaban tentang relasinya dengan Tuhan.

Ayat, penuntut menceritakan kembali bagaimana kasih-Nya yang menyertai bangsa Israel di masa lampau. Dalam ayat ini, Tuhan sendirilah yang menceritakan kepada bangsa Israel tentang apa yang telah Ia buat bagi mereka dalam sejarah penyelamatan. Ayt 5 Tuhan mengingatkan umat-Nya tentang nasihat Balak, raja Moab, dan jawaban dari nabi Bileam. Perbuatan-perbuatan Tuhan dan sejarah yang dirancang sehingga umat-Nya mengakui perbuatan-perbuatan keadilan dari Tuhan. 

Ayt. 6-7, jawaban terdakwa terhadap Penuntut. Terdakwa gemar sekali melakukan ritual keagamaan. Dalam ritual mereka membawa berbagai persembahan untuk mempersembahkan. Perayaan-perayaan bulan baru dan pertemuan-pertemuan tetap (Yes. 1:14). Ribuan kurban binatang yang terbaik. Pakaian yang indah-indah, nyanyian-nyanyian baru. “jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu lagu gambusmu tidak mau aku dengar (Ams. 5:23). Mereka berpikir dengan cara yang demikian menyenangkan hati. Tuhan tidak menuntut itu (Yes. 12). Tuhan jemu terhadap kurban bakaran yang banyak-banyak (Yes. 1:11), bahkan Amos mengatakan, bahwa Tuhan membenci, menghinakan, tidak suka dan tidak mau pandang (Ams. 5:21-22). 

Kedua, ay. 8. Penuntut menuntut terdakwa untuk: Pertama, berlaku adil. “Keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Ams. 5:24). Kedua, mencintai kesetiaan dan ketiga, hidup dengan rendah hati di hadapan Allah. Itu tiga hal yang dituntut.  

Ketiga, Ayat 9-16 adalah dosa dan hukuman yang akan menimpa Israel. Para pedagang yang menipu dengan timbangan (ay. 10). Orang-orang kaya melakukan kekerasan terhadap orang-orang kecil dan mulut penduduk kota penuh dengan dusta. Hukuman yang akan mereka terima tidak hanya pedang namun sampai kepada aspek ekonomi, pertanian dan kebutuhan sehari-hari (ay. 14-15).

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, Ibadah tidak cukup dengan ritual keagamaan, panduan suara, vokal grup, solo, persembahan yang dipersembahkan, tetapi berlaku adil, mencintai kesetian dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.

Tidak salah kita beribadah kepada Tuhan, tetapi harus berlaku adil dalam rumah, di masyarakat, di dalam gereja. Benar, berlaku adil tetapi mencintai kesetiaan dalam situasi apa pun. Tidak hanya mencintai kesetiaan saat masa-masa sulit seperti Israel masih di padang gurun, tetapi setelah di tanah Kanaan, hidup dalam kelimpahan, banyak cobaan dari bangsa-bangsa di sekitarnya mereka mulai berbalik dari Tuhan. Bagus mencintai kesetiaan, tetapi hidup harus rendah hati di hadapan Allah. Bukan bergereja dengan sombong, gereja menjadi ajang pamer kesetiaan, busana, dll, bahkan sombong rohani. Tidak ada keadilan tanpa cinta dan tidak ada cinta tanpa keadilan, keduanya terwujud jika kita hidup rendah hati di hadapan Tuhan.

Kedua, apa yang dimaksud dengan berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan? Kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia kita menemukan artinya. Kita juga bisa membuka internet untuk mendapatkan definisi tentang keadilan dari berbagai ahli. Itu tidak salah. Namun dalam bacaan ini, keadilan adalah kita mendengarkan keluhan dan jeritan orang-orang kecil. Kita berjuang membela hak-hak orang kecil dan memberikan hak-hak mereka. Keadilan di sini berhubungan dengan kejujuran. Seorang pedagang menggunakan timbangan yang murni. 

Berlaku adil tidak hanya sikap profetis gereja tetapi nyali gereja untuk berjuang bersama orang-orang kecil. Keadilan tidak hanya terhadap manusia tetapi terhadap alam. Hal ini terlihat ketika Penuntut menghadirkan alam menjadi saksi. Alam hanya menuntun kita mengambil dan juga memberi kepadanya (menanam). Bukan mengambil dengar rakus, tetapi ambil sesuai dengan kebutuhan. Ada dua maksud dari kata mencintai kesetiaan. Pertama, dalam konteks bacaan ini artinya berbelarasa seperti Yesus yang melihat orang lapar diberi makan, sakit disembuhkan, orang memberikan pengharapan. 

Kedua, tidak terpengaruh dengan berbagai godaan. 

Hidup rendah hati di hadapan Tuhan, menempatkan diri untuk mendengar kebutuahan orang lain. kerendahan hati adalah seni mendengar teriakan mereka yang tidak didengar oleh penguasa. Rendah hati berjalan dengan Tuhan. Tuhan mau berjalan bersama mereka yang rendah hati. Keadilan, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati tidak bertepi ketika kita menjadi umat Allah.. 

Ketiga, berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan, hanya terjadi apabila kita “tidak lupa diri”, tidak lupa identitas kita. Tidak seperti orang Israel yang lupa akan kebaikan Tuhan sehingga mereka tidak bawa ke sidang pengadilan. Tahu diri siapa kita dan asal usul kita. Teruslah berefleksi dan belajar. 

Keempat, berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan hanya terjadi, jika kita tidak “menatap terus ke atas” tetapi lihat ke bawah, seperti Kristus yang mengosongkan diri-Nya mengambil rupa seorang hamba (Fil. 2).Amin. FN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)

RENUNGAN BULAN KELUARGA: HIDUP DENGAN RASA CUKUP (I TIMOTIUS 6: 2b - 12)