KUASA ALLAH MENGALAHKAN ROH JAHAT (LUKAS 8:26-39)
PENGANTAR
Apakah ada roh jahat? Dalam kepercayaan masyarakat tradisional
di pedalaman Timor, khususnya suku Atoni
Meto dan suku Tetun, pengertian roh jahat tidak memiliki objek yang jelas. Misalnya
suku Tetun, roh jahat bisa disebut buan, namun buan ini juga bisa
dikenakan kepada seseorang yang memiliki kekuatan gaib untuk menyembuhkan
penyakit atau membuat orang sakit dan juga sejenis kekuatan yang tidak dilihat.
Suku Atoin Meto, mengenal amo`et, apaka`et, dewa pemelihara alam
semesta, mereka juga mengenal dewa bumi uis afu, selain itu mereka juga
mengenal roh dunia orang mati pah nitu atau nitu, yaitu nenek
moyang yang selalu mengawasi dan membayangi kehidupan manusia. Kemudian,
mengenal pah tuan roh-roh yang mendiami tempat-tempat tertentu yang
dianggap keramat. Roh-roh ini “jahat” kepada manusia jika ada relasi yang rusak
antara manusia dengan alam, sesama dan yang Transenden.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita
memperoleh informasi bahwa ada kekuatan yang berlawanan dengan kehendak Allah dan
berusaha menggagalkan keselamatan yang dikerjakan oleh Allah melalui Yesus
Kristus.
Peristiwa Yesus mengusir roh-roh jahat dari orang Gerasa
adalah mujizat Tuhan Yesus, yang dicatatkan oleh ketiga Injil Sinoptik: Matius
8:28-34; Markus 5:1-20; dan Lukas 8:26-39. Ketiga Injil Sinoptik memulai kisah
ini dengan menggambarkan latar tempat di mana peristiwa tersebut terjadi. Injil
Markus dan Injil Lukas menuliskan bahwa tempatnya adalah di daerah orang
Gerasa, sedangkan Injil Matius menuliskan tempatnya di daerah orang Gadara.
Perbedaan terjemahan latar tempat tersebut memang berbeda akan tetapi,
perbedaan penyebutan tempat ini sekali tidak mempengaruhi pesan dari kisah ini.
Kedua tempat yang diacu oleh ketiga penulis Injil Sinoptik sama-sama berada di
daerah Dekapolis, daerah yang merupakan wilayah orang-orang non Yahudi yang
dianggap kafir.
Ketiga Injil Sinoptik
menempatkan kisah di Gerasa ini setelah peristiwa angin ribut diredakan. Dalam
dunia kuno, laut yang bergelora sering kali dianggap sebagai bagian dari kuasa
kekacauan yang gelap dan jahat. Misalnya, J. J. de Heer juga menuliskan bahwa
dalam Perjanjian Lama, “laut” seringkali merupakan perlambangan untuk
kuasa-kuasa yang membahayakan. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa peristiwa Yesus meredakan angin ribut nampaknya
berhubungan dalam hal kronologis dan tematis dengan peristiwa di Gerasa.
PEMBAHASAN TEKS
Pertama, ayat 26-27. Yesus baru turun dari perahu datanglah seorang yang kerasukan setan-setan (daimonizomenoi)
roh-roh yang tidak bersih menemui Yesus. Injil Lukas dan Markus mengatakan
bahwa yang datang itu hanya seorang sedangkan Matius mengatakan datang dua
orang (Mat. 8:28). Mengapa berbeda? Sebab Markus dan Lukas menekankan hanya
satu orang yang bercakap dengan Yesus.
Orang-orang yang kerasukan tersebut tinggal dalam kuburan.
Menurut ajaran Yahudi, pekuburan adalah tempat yang najis dan dianggap tempat
tinggal yang cocok untuk setan dan orang yang kerasukan setan. Mereka telanjang dan digambarkan sebagai orang yang sangat
menderita dan diasingkan dari masyarakat. Tinggal di kuburan, menunjukkan
tingkat penderitaannya dan keterasingannya dari masyarakat yang lebih luas.
Dalam tradisi Yahudi, roh jahat atau setan sering dikaitkan dengan penderitaan
fisik dan mental. Namun karena mereka dirasuki roh-roh jahat maka sangat berbahaya (Mat. 8:28). Mereka
memiliki kekuatan untuk memutuskan rantai dan belenggunya, tinggal di pekuburan
serta tidak berpakaian (Mrk. 5:1 dan Luk. 8:26). Ketiga Injil Sinoptik sepakat
dalam mendeskripsikan keadaan atau kondisi orang tersebut dengan sangat
mengerikan sekaligus sangat memprihatinkan.
Kedua, 28-30. Orang tersebut kemudian datang menjumpai Yesus dan
berkata: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Maha Tinggi?
Demi Allah, jangan siksa aku!” (Lih. Mrk. 5:6 dan Luk. 8:28). Matius juga
menuliskan hal yang serupa, namun menambahkan pernyataan: “Adakah Engkau ke
mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” (Mat. 8:29). Orang yang dirasuk
oleh banyak roh jahat yang menamakan diri mereka “Legion.” Hal ini menunjukkan
bahwa roh-roh jahat juga mengenal Yesus, pribadi Allah yang adalah musuhnya.
Bahkan, setan mengenal nama spesifik “Allah Yang Maha Tinggi,” yang sangat
sesuai dengan latar tempat non-Yahudi saat itu. Fakta ini menunjukkan kepada
kita bahwa dalam mengerjakan misinya dan mengejar tujuannya, Iblis dan
pengikutnya mampu mempelajari dan beradaptasi dengan kondisi sekitarnya. Akan
tetapi, bagaimana pun kemampuan yang Iblis miliki, dalam kisah di Gerasa ini
roh-roh jahat dipaksa harus mengakui superioritas Yesus, sehingga mereka yang
berada di posisi inferior seolah-olah tak berkutik dan hanya mampu “memohon”
kepada Yesus agar tidak menyiksa mereka.
Ketiga, 31-33, setan-setan itu memohon
kepada Yesus supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut. Permohonan
roh-roh jahat itu merupakan ketakutan dan ketundukan roh-roh jahat terhadap
nama Tuhan Yesus.
Jurang maut dalam Bahasa Yunani “ἄβυσσον” (abysson) yang berarti “jurang yang
dalam” atau “laut yang dalam”, dan sering digunakan untuk menggambarkan tempat
yang sangat dalam atau tidak terjangkau. Dalam konteks Lukas 8:31, kata ini
digunakan untuk menggambarkan tempat yang tidak diinginkan oleh roh-roh jahat.
Yesus akhirnya mengijinkan roh-roh jahat tersebut berpindah
ke dalam kawanan babi, sehingga pada akhirnya kawanan babi tersebut mati dalam
danau. Ketiga Injil Sinoptik tidak menjelaskan alasan Yesus mengabulkan
permintaan roh jahat tersebut. Namun, hal terpenting adalah mengenai otoritas
mutlak yang dimiliki oleh Yesus, termasuk atas segala tindakan roh-roh jahat.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa Yesus berdaulat sehingga roh jahat tersebut
taat dan takluk kepada perkataan Yesus.
Keempat, ayat 34-37. Para gembala kembali bersaksi tentang fakta-fakta yang
terjadi, bahwa Orang dari seberang danau ini mengusir setan-setan dari orang
yang kerasukan setan dan semua babi berlarian ke dalam danau dan tenggelam. Terjadinya
peristiwa tersebut membuat orang-orang merasa takut sehingga mendesak Yesus
meninggalkan daerah mereka. Ada beberapa penafsiran tentang ketakutan tersebut:
pertama, peristiwa kematian babi-babi tersebutlah akhirnya Yesus diminta
oleh penduduk Gerasa untuk meninggalkan daerah mereka. Kedua, penduduk
takut akan kuasa besar Yesus. Tafsiran kedua ini didukung oleh Penulis Injil
Sinoptik memberikan gambaran bahwa penduduk Gerasa takut akan kuasa besar Yesus
setelah mereka saksikan sendiri. Ketiga, ketakutan disebabkan oleh karena
hilangnya yang merupakan sumber penghasilan dari beternak babi. Keempat,
ketakutan terhadap orang-orang yang telah dilepaskan Yesus, rantai-rantai yang
mengikat tangan mereka pun telah terlepas sebab yang mereka kenal orang-orang
ini sangat jahat dan memiliki kekuatan. Namun kenyataan bahwa orang yang kerasukan setan itu
sekarang diubahkan secara radikal oleh Orang asing dari seberang danau ini.
Yesus ini memiliki kuasa untuk mengubah orang-orang secara radikal hanya dengan
kehadiran-Nya dan itu sangat menakutkan.
Kelima, 38-39. Perubahan yang luar biasa terjadi, orang yang
dibebaskan itu meminta Yesus agar ia dapat mengikuti-Nya. Tetapi Yesus tidak
mengizinkan. Mengapa? Apakah Yesus tidak ingin menerima orang-orang yang telah
diselamatkan dari roh jahat? Tidak! Tetapi yang lebih penting adalah agar orang
itu kembali ke keluarga dan warga sekitar, sehingga dengan kehadirannya di
sana, ia dapat memberitakan kuasa Tuhan Yesus. Meskipun orang-orang setempat
menolak Yesus, orang yang disembuhkan tersebut menjadi saksi bagi mereka,
menyebarkan berita tentang kuasa Yesus di wilayah non-Yahudi.
Dari cerita ini kita melihat dua respon yang kontras yang
mendalam antara orang-orang di daerah itu dan orang yang kerasukan setan itu.
Orang-orang itu “memohon” kepada Yesus untuk meninggalkan mereka dan pergi dari
mereka, sementara orang itu “memohon” kepada Yesus untuk mengizinkannya
bergabung dengan tim Yesus. Yesus tidak mengizinkan orang yang kerasukan setan
itu untuk ikut dengan-Nya, tetapi sebaliknya Dia mengutusnya pergi dengan
sebuah misi.
POKOK-POKOK RENUNGAN
Dari bacaan tersebut kita mencatat beberapa pokok refleksi.
Pertama, roh jahat adalah kuasa yang membuat orang menjadi “gila” (gila harta,
gila jabatan, dll.). Kita sementara berada dalam sebuah era “kegilaan” yang
merusak kehidupan. Kita hadir (gereja) membawa kesembuhan, memberitakan
kebenaran dan menentang semua kegilaan tersebut. Yesus tidak kebetulan menyeberang ke Gerasa, melainkan Ia tahu bahwa di sana ada orang yang harus
disembuhkan. Orang di luar Yahudi. Anda dengan saya berada dalam dunia ini
bukan sebuah kebetulan namun ada maksud Tuhan untuk menjadi penyembuh bagi setiap
orang yang membutuhkan pelayanan kita.
Kedua, kuasa Allah mengalahkan roh-roh
jahat. Tuhan memiliki otoritas mutlak
atas segala tindakan roh-roh jahat. Kuasa-kuasa dunia ini takluk
kepada-Nya. Dia adalah Tuhan penguasa alam semesta. Sebagai murid Yesus, kita hadir untuk
mengalahkan roh-roh jahat yang merusak kehidupan. Kita anak-anak Allah yang
diberi kuasa (Yoh. 1:12) untuk mengalahkan dunia ini (Yoh. 16:33). Kuasa Tuhan
itu yang memampukan gereja untuk pergi bersaksi dan bertindak menghadirkan
kebaikan bagi sesama.
Ketiga, kita hidup di dalam dunia modern. Dalam dunia modern banyak ilah-ilah zaman
yang membuat manusia tidak memiliki pendirian. Manusia dibuat seperti “orang
gila”, hidup tidak tenang sebab, tidak puas dengan apa yang dimiliki. Manusia
membuat dirinya atau dibuat terasing dari yang lain dan lingkungannya. Melalui
firman Tuhan saat ini, Yesus hadir dan membawa kesembuhan dan ketenangan. Oleh karena
itu datanglah kepada-Nya.
Keempat, kehadiran kita untuk memulihkan mereka yang terasing karena berbagai
faktor. Dalam bacaan ini, orang-orang yang kerasukan diasingkan sebab mereka
ditakuti oleh oleh masyarakat. Yesus hadir dan memulihkan mereka dan menjadikan
mereka manusia seutuhnya. Mereka kembali kepada keluarga dan sesama mereka
untuk membawa kabar baik. Itulah makna kehadiran kita, mengembalikan kemanusiaan
mereka dan mengembalikan mereka kepada lingkungan agar kehadiran mereka menjadi
berkat.
Kelima, persoalan kemanusiaan dan keselamatan bukan masalah untung rugi. Bukan
bisnis. Jika Yesus memikirkan untung rugi maka akan terjadi diskusi yang
panjang lebar dengan roh-roh jahat. Secara materi rugi karena roh-roh jahat itu
meminta untuk mereka diusir untuk masuk dalam babi-babi yang ada. Terakhir
babi-babi tersebut mati. Yesus memikirkan keselamatan manusia. Untuk kemanusiaan dan keselamatan maka butuh keberanian berkorban dan mengabaikan untung rugi
dalam pelayanan.
Keenam, Tuhan telah memulihkan Anda dan saya. Mari kita hadir untuk menjadi saksi
seperti orang-orang yang telah disembuhkan ini. Kita memperhatikan perintah
Yesus, kepada orang itu. “Ceritakanlah perbuatan-perbuatan besar yang telah
dilakukan Allah kepadamu.” Maka pergilah
orang itu ke seluruh kota sambil memberitakan perbuatan-perbuatan besar yang
telah dilakukan Yesus kepadanya. Penulis Injil menangkap esensi dari seluruh
perjumpaan itu ketika ia dengan sengaja mengganti “Allah” dengan “Yesus.” Orang
itu kembali ke kotanya dengan sebuah pesan: “Yesus adalah Allah dan Dia
memiliki semua kuasa Allah untuk menyelamatkan dan mengubah bahkan seseorang
seperti saya.” Betapa kesaksian itu pasti terjadi ketika orang yang kerasukan
setan itu kembali kepada keluarga dan teman-temannya sebagai orang yang telah
berubah! “Kenalan lama kita, yang terakhir terlihat berteriak di antara kuburan
dan memutuskan rantai, sekarang sudah waras. Bagaimana ini mungkin? Apa yang
bisa terjadi pada orang ini? Siapa yang mungkin bisa mengubahnya begitu
radikal? Tuhan Yesus yang mengubahnya; dapatkah Dia yang mengubahnya bisa
mengubah saya juga?” Datanglah kepada-Nya. Dia mampu merubah hidup kita dan di
dalam Dia kita menjadi manusia baru. Amin. FN.
Komentar
Posting Komentar