RENUNGAN HARI PASUTRI: KELUARAN 4: 24-26 MENGATASI KEKURANGAN PASANGAN

 

“Jangan mencari pasangan yang sempurna karena itu akan membuat Anda kecewa, tetapi  cukup temukan orang yang membuatmu nyaman bersamamu, membuatmu bahagia dan menerima kekuranganmu,” B.J. Habibie.

Dalam Kitab Kejadian, penciptaan manusia laki-laki dan perempuan untuk menciptakan keseimbangan. Menurut J.A. Telnoni, penciptaan manusia digambarkan dalam dua sisi yaitu sebagai makhluk yang hina, sebagai manusia debu dan manusia “penolong”. Di sinilah letak makna keseimbangan. Dalam rumusan “penolong”, menunjuk kepada Perempuan sebagai sosok kuat yang mulanya tersembunyi. Kekuatan manusia penolong itu untuk melindungi nilai-nilai kehidupan dari segala kemungkinan bahaya.

Bagian dari bacaan ini menyaksikan tentang kekudusan Tuhan yang dalam dan     tanpa batas. Keterlibatan dalam pelayanan dapat menjadi sebuah tanggung jawab yang besar bagi mereka yang menjawab panggilan-Nya. Tuhan mau memakai orang-orang yang     sikap hatinya sejalan dengan perbuatan dan perkataannya.

Musa dipanggil Allah untuk melepaskan umat Tuhan dari perbudakan, namun ia tidak melakukan undang-undang Allah. Karena salah satu dari anaknya tidak disunat. Menurut F.L. Bakker, salah satu anaknya tidak disunat karena kemungkinan keberatan dari istrinya, Zipora, dan rupanya Musa mengalah. Musa mendapat hukuman dari Tuhan dan Zipora mengerti, apa sebabnya Musa mendapat hukuman; dan juga ia tahu bagaimana menghilangkannya, yakni dengan menyunat anaknya. Tuhan mengunjungi Musa di tempat penginapan, kemungkinan Musa mendapat penyakit yang sangat berat dan membawa kepada kematian. Zipora bertindak dengan menyunat anaknya dengan pisau batu. Lalu disinggungnya dengan kulit khatan yang terpotong itu ke kaki Musa untuk menyelamatkan suaminya dari murka Allah. Darah keluar itu menyelamatkan Musa.  Perkataan Zipora tentang engkau “Pengantin darah”,  mungkin adalah istilah untuk upacara pernikahan pada waktu itu. Nyawa Musa diperoleh dengan darah sunat putranya, maka  itu adalah “suami darah”. Hal ini berkaitan dengan darah dan nyawa.

Sunat merupakan tanda perjanjian dengan Tuhan dan hal ini dikatakan di kitab Kejadian sebagai berikut: “Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat” (Kej. 17:10). Dan hukuman bagi yang tidak menjalankan perjanjian ini adalah: “Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku” (Kej 17:14). Dalam konteks inilah, maka Musa yang bertanggung jawab agar anaknya mengikuti perjanjian Tuhan, namun ternyata tidak menjalankannya, akhirnya menerima akibatnya.

 Sehabis penyunatan, penyakit Musa menjadi sembuh. Kemungkinan setelah peristiwa itu Musa mengantar kembali istri dan kedua anaknya ke Yitro (18:1-4).

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, sesuai dengan kalender gerejawi (GMIT), tanggal 17 Oktober ditetapkan sebagai Hari Pasutri. Tema hari pasutri tahun ini adalah Mengatasi Kekurangan Pasangan. Dari bacaan ini kita belajar tentang keluarga yang saling mengingatkan. Jika Musa mengingatkan tentang perjanjian Allah mengenai sunat, maka dengan demikian ia tidak akan dihukum mati. Atau Musa mengingatkan namun seperti kata Bakker, bahwa istrinya tahu namun tidak mau menyunatkan. Dalam peristiwa ini kita mau belajar tentang pasangan suami-istri percaya akan janji Tuhan serta taat terhadap kehendak Tuhan. Jangan menunggu sampai terjadi persoalan atau masalah baru kita menyatakan ketaatan kita kepada Tuhan.

Kedua, pernikahan adalah sebuah janji bahwa maut yang akan memisahkan. Dalam tradisi agama Yahudi, janji selalu berhubungan dengan korban persembahan (darah yang dipercik di mezbah). Dalam agama suku di pedalaman Timor, perjanjian dengan Uis Neno dan Uis Pah, selalu menghubungkan juga dengan korban binatang dan darah yang diteteskan. Pernikahan adalah sebuah janji seorang perempuan dan seorang laki-laki, walaupun terkadang sebagai pasangan suami-istri sering melanggar janji.

Kita belajar bahwa pengorbanan Kristus memulihkan setiap rumah tangga yang sadar tentang pelanggaran janji dalam pernikahan. Sadar, bertobat dan melakukan kehendak Tuhan. Darah Kristus yang menyatukan setiap rumah tangga Kristen. Oleh karena itu, mari kita merawat janji rumah tangga yang kita ikrarkan bersama sebagai suami dan istri di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya. Saumi dan istri adalah “pengantin darah,” karena itu rumah tangga Kristen mahal harganya. Semoga dengan adanya perayaan hari pasutri ini, janji suami-istri terus diperbaharui.

Ketiga, saling menolong dalam kekurangan. Istri kita tidak sempurna, juga sebaliknya, suami tidak sempurna. Tuhan Allah menciptakan penolong untuk saling melengkapi, melindungi dari ketidaksempurnaan. Dari cerita ini kita belajar tentang orang pilihan Tuhan, Musa, yang tidak sempurna. Rumah tangga Kristen tidak sempurna. Namun harus belajar seperti Zipora yang menolong, melindungi, suaminya sehingga terhindar dari hukuman. Rumah tangga Kristen hadir untuk melindungi dan merawat nilai-nilai kehidupan.

Keempat, suami atau istri sebagai penolong bukan sebagai pembantu. Lalu siapa yang ditolong? Manusia diciptakan sebagai makhluk debu, yakni memiliki berbagai kelemahan dan kekurangan, baik perempuan maupun laki-laki. Oleh karena itu, suami menolong istri dan istri menolong suami. Tidak ada yang merasa superior dan berkuasa dalam rumah dan keluarga sebab kita semua memiliki kekurangan sebagai manusia tercipta dari debu. Amin. FN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan : MENDOAKAN HIDUP, MENGHIDUPI DOA (Lukas 11:1-13)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)