KRISTUS YANG UTAMA DI ATAS SEGALANYA (Kolose 1:15-23)
Kita harus jujur bahwa penekanan gereja terhadap teologi keselamatan yang antroposentrik sangat kuat di Indonesia. Pengaruh teologi ini dari M. Luther dan Y. Calvin yang tertanam dalam ajaran kekristenan sampai hari ini. Kedua tokoh memiliki pandangan antroposentrik. Luther memandang alam bukan sebagai saksi kemuliaan Allah, sedangkan Calvin melihat alam hannyalah latar belakang dari drama penyelamatan manusia. Kemudian hari pengajaran dalam gereja selalu menekankan bahwa Kristus datang untuk menebus manusia. Fokus interpretasi pada Yohanes 3:16, sehingga oleh sebagian besar para pemimpin gereja terletak pada keselamatan manusia bukan keselamatan dunia.
Selain itu, teologi penciptaan yang bias antroposentrisme serta dualisme hierarkis juga dianut oleh gereja-gereja di Indonesia. Di mana manusia dianggap sebagai pusat ciptaan. Teologi penciptaan ini cenderung berpikir bahwa manusia adalah ciptaan yang paling istimewa dan berhak mengusai ciptaan-ciptaan lain. Manusia berelasi dengan ciptaan lain secara piramidal. Mereka tidak hanya menemukan diri mereka berbeda, tetapi juga terpisah dari ciptaan-ciptaan lain. Manusia menganggap diri sebagai tuan atas ciptaan-ciptaan lainnya. Dalam minggu terakhir di Bulan Lingkungan ini berbicara tentang keutamaan Kristus.
Latar belakang surat Kolose 1:15-23 sangat diwarnai oleh kebudayaan Yudaisme dan Helenisme. Helenisme merupakan kebudayaan yang sangat memegahkan kekuatan manusia dan bersifat patriakhi, walaupun perempuan masih diberikan kesempatan untuk memimpin. Helenisme juga menghadirkan filsafat- filsafat asing yang ajarannya bersifat dualistik, membandingkan antara roh dan materi/dunia. Sama halnya dengan Helenisme, Yudaisme juga merupakan kebudayaan yang bersifat patriakhi dengan ajaran agamanya mengenai manusia sebagai ciptaan yang paling istimewa dan alam diciptakan untuk manusia. Helenisme-Yudaisme bukan saja melahirkan arogansi manusia terhadap alam tetapi lebih tepatnya, arogansi terhadap ciptaan, karena permasalahan yang terjadi bias patriakhi, bukan hanya antara manusia dengan alam tetapi juga antar sesama manusia, laki-laki dan perempuan.
Laki-laki adalah pihak yang berkuasa atas seluruh ciptaan. Laki-laki dipandang lebih tinggi dari perempuan. Laki-laki diciptakan baik adanya, tetapi tidak demikian dengan perempuan yang merupakan sumber dosa. Perempuan diciptakan tidak sama dengan laki-laki. Hanya karena satu perempuan berbuat dosa, semua perempuan digiring dalam penghukuman Allah. Perempuan lambang dosa dan mengakibatkan laki-laki berada dalam dosa.
Ketidakteraturan dalam dunia disebabkan oleh perempuan. Perempuan yang merusak semuanya. Allah yang menciptakan langit dan bumi dipahami dalam konteks Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki seperti langit yang memberi dan perempuan seperti bumi yang merespons. Ada inferioritas dan superioritas.
Selain latar belakang telah disebutkan di atas, ada ajaran kosmologi yang berkembang pada waktu itu. Isi ajaran tersebut merupakan penyangkalan terhadap doktrin penciptaan. Ajaran tentang dunia diciptakan dari emanasi Allah yaitu demiurgos. Hal ini berkaitan dengan keyakinan orang Yahudi, yang meyakini bahwa penciptaan terjadi untuk kepentingan mereka karena merekalah umat pilihan Allah. Mereka tidak mengakui bahwa Yesus adalah Kristus, Sang Mesias. Umat Yahudi meyakini bahwa Allah menciptakan dunia melalui Taurat.
Melalui latar belakang yang telah digambarkan, memberikan suatu dorongan bagi Paulus untuk menjelaskan serta menekankan mengenai doktrin penciptaan dan kedudukan Kristus di dalamnya.
Ayat 15, disebutkan bahwa Kristus adalah gambar Allah, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, kepala tubuh, dan lain sebagainya. Paulus hendak menekankan kesetaraan antara Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus. Pertama, kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa secara implisit nampak dalam frase gambar Allah, ayat 15a. “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan”. Paulus menggunakan kata eivkw.n yaitu gambar atau citra. W. Barclay mengemukakan bahwa suatu gambar dapat berupa representasi, tetapi suatu representasi, apabila benar-benar sempurna dapat menjadi manifestasi. Kristus disebut gambar Allah yang tidak kelihatan. Gambar Allah serupa dengan Kebijaksanaan Ilahi. Tradisi Yahudi menerangkan bahwa gambar Allah bukanlah manusia yang fana, melainkan Kebijaksanaan atau Sang Sabda. Kristus adalah manifestasi yang sempurna dari Allah, Sang Bapa. Kristus adalah kebijaksanaan ilahi yang telah menciptakan segala sesuatu, datang ke dunia dalam wujud manusia yang fana, menderita, mati dan bangkit dari kematian. Semuanya ini terjadi karena Allah Bapa ada di dalam Kristus.
Kedua, frase “yang sulung” pada ayat 15b menjelaskan kesetaraan antara Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus. Barclay menjelaskan bahwa kata “yang sulung” menunjuk pada dua pemahaman. Pertama, kata ini merupakan sebutan umum untuk penghormatan, misalnya bangsa Israel adalah anak sulung Allah. Kedua, “yang sulung” merupakan gelar bagi Mesias. Berdasarkan teks ini, maka arti yang kedua lebih tepat dikenakan pada Kristus, karena mengungkapkan hubungan antara Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus pada karya penebusan, peran pengutusan Kristus ke dalam dunia sekaligus menentang pemahaman umat Yahudi yang tidak mempercayai bahwa Kristus ialah Mesias.
Pada ayat 16-17, mengatakan Kristus yang dikenal dalam karya penebusan. Kristus sebagai pencipta alam semesta telah menciptakan segala sesuatu, yang di sorga dan di bumi, yang kelihatan dan tidak kelihatan, sekaligus menjadi pusat atau bagian yang integral dari seluruh ciptaan-Nya. Ayat tersebut menepis ajaran dualisme para ahli-ahli filsafat tentang roh yang baik dan materi yang jahat.
Menurut Paulus, perbedaan Allah Bapa, Sang Anak dan Roh kudus terletak dalam peran-Nya, namun satu hakikat tiga pribadi. Pandangan ini menjelaskan bahwa peran dari Sang Bapa, Sang Anak dan Roh Kudus memang berbeda, akan tetapi kehadiran ketiga-Nya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Pada karya penciptaan Kristus hadir sebagai pencipta segala sesuatu dalam peran yang berbeda dengan Sang Bapa.
Pada ayat 18-19, Paulus menggunakan istilah atau konsep kepala tubuh untuk menjelaskan kedudukan kosmik Kristus. Konsep ini nampaknya diadaptasi dari filsafat Stoa, Philo dan Neoplatonisme. Stoa memahami bahwa dunia adalah tubuh Allah. Philo menjelaskan tentang alam semesta yang merupakan komponen-komponen terpisah, namun disatukan oleh Allah sedangkan Neoplatonisme menekankan bahwa Yang Esa adalah sebab pertama dan dasar segala makhluk. Stoa dan Philo juga meyakini bahwa dunia tersusun dari empat elemen yakni api, air, udara dan bumi. Kelihatannya teori-teori kosmologi ini mempengaruhi penulis menggunakan istilah kepala tubuh dalam ayat 18a. Ciptaan yang sifatnya beraneka ragam dilukiskan seperti tubuh yang memiliki banyak anggota dengan peran atau fungsi yang berbeda dan Kristus seperti kepala yakni bagian dari tubuh yang mengendalikan gerak atau proses kerja tubuh.
Konsep kepala tubuh menjelaskan bahwa seluruh ciptaan itu baik dan berpusat pada Kristus yang bertindak sebagai pemimpin, mengendalikan seluruh ciptaan. Konsep ini hampir sama seperti pemikiran Philo bahwa seluruh ciptaan merupakan komponen yang terpisah-pisah dipersatukan dalam kesatuan tunggal oleh Kristus kosmik, karena bukan kesatuan yang terpisah-pisah melainkan seluruh ciptaan merupakan suatu keutuhan dengan peran yang berbeda-beda dan dikepalai oleh Kristus. Ciptaan berpusat pada Kristus tetapi ciptaan bukanlah Kristus. Kedudukan kosmik Kristus bukanlah panteisme.
Ayat 20 dan 22, Segala sesuatu berpusat pada Kristus sehingga karya penebusan yang dilakukan oleh Kristus bersifat kosmik, yakni melibatkan seluruh alam semesta. Kristus berkarya bagi seluruh alam semesta dan tujuan kedatangan-Nya adalah pendamaian atau rekonsiliasi. Kristus mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Segala sesuatu yakni ta panta dalam bahasa Yunani adalah kata yang bersifat netral, bukan maskulin atau feminim yang berarti bahwa pendamaian Allah bukan saja ditawarkan kepada semua manusia, melainkan juga kepada seluruh ciptaan, yang bernyawa maupun tidak bernyawa. Wafat Kristus menyelamatkan seluruh ciptaan. Wafat Kristus adalah bukti cinta bagi ciptaan-Nya. Sarana pendamaian adalah salib Kristus. Superioritas Kristus ditekankan oleh C. Barth. Barth menyampaikan bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang tidak gagal dalam memenuhi tugas-Nya.
Keilahian Kristus menjadi hal yang terpenting sehingga aspek kemanusiaan Yesus seolah-olah terabaikan. Kosuke Koyama dalam buku Tidak Ada Gagang Pada Salib menawarkan suatu perspektif keutamaan Yesus Kristus dilihat dari Yesus yang diludahi. Koyama menekankan pengosongan diri Yesus, Yesus yang benar-benar mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia yang rendah, Yesus yang diludahi untuk menyelamatkan dunia ini. Aspek pengosongan diri atau sisi kemanusiaan Yesus inilah yang menjadi bukti keutamaan-Nya.
Kristus yang berinkarnasi adalah Kristus yang hadir bukan sebagai tokoh yang berkuasa, unggul tetapi sebaliknya Ia datang sebagai seseorang yang rendah, dianiaya, disiksa, diludahi, dicerca bahkan karena penderitaan ini, di taman Getsemani Ia berdoa agar penderitaan tersebut boleh berlalu daripada-Nya. Yesus menyelamatkan dunia ini dari dosa bukan dalam superioritas-Nya tetapi dalam pengosongan diri-Nya.
Keutamaan Kristus menjadi pokok penekanan karena situasi yang terjadi pada saat itu dianggap dapat membahayakan kehidupan iman jemaat. Situasi yang dimaksudkan ialah kehadiran ajaran-ajaran sesat atau filsafat-filsafat kosong yang mempengaruhi cara pandang sehingga mampu menghasilkan perubahan perilaku yang jahat, seperti digambarkan pada ayat 21. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat. Tokoh kamu pada ayat ini menunjuk kepada orang-orang yang kehidupannya tidak sesuai dengan Injil yang diberitakan oleh Paulus tetapi mengikuti ajaran-ajaran sesat.
Ayat 23, Penulis merasa penting untuk memberikan nasehat kepada jemaat Kolose agar tetap berpegang teguh, jangan mudah goyah mendengar ajaran-ajaran dari guru-guru palsu.
POKOK-POKOK RENUNGAN
Pertama, firman Tuhan saat ini menekankan tentang kesetaraan semua ciptaan dalam karya penciptaan, karya penebusan dan pendamaian serta kedudukan Kristus sebagai kepala dari seluruh alam semesta tanpa terkecuali. Maka dengan demikian, tidak ada orang (laki-laki dan perempuan) yang merasa superior terhadap ciptaan yang lain. Anda dan saya jangan menganggap diri sebagai pusat ciptaan bahkan paling istimewa dan berhak mengusai ciptaan-ciptaan lain. Relasi manusia dengan ciptaan lain bukan secara piramida, melainkan relasi persahabatan yang saling membutuhkan.
Ketika manusia merasa superior terhadap ciptaan yang lain, maka manusia sesuka hatinya menindas ciptaan yang lainnya. Namun ketika manusia membangun relasi persahabatan, maka saling membutuhkan, melengkapi dan saling mengasihi. Oleh karena itu di minggu terakhir bulan lingkungan, kita merelatifkan diri kita dan membangun relasi yang baru dengan sesama ciptaan yang lain.
Kedua, dari firman Tuhan kita belajar untuk meneladani Kristus. Melihat ciptaan sebagai bagian yang utuh dan tidak terpisah, setara dan saling bergantung, dengan tanggung jawab manusia sebagai penatalayanan. Sebagai manusia, kita menghargai nilai dari semua ciptaan, tetapi juga ada tanggung jawab manusia tidak dapat terpisah dari Kristus.
Maka dengan demikian kita diingatkan bahwa apa pun sikap Anda dan saya terhadap sesama ciptaan yang lain, ada tanggung jawab kepada Kristus. Oleh karena itu, kelola alam dengan rasa hormat dan takut akan Tuhan.
Ketiga, melalui firman Tuhan saat ini kita diingatkan bahwa sebagai sesama ciptaan jangan menciptakan dualisme, rohani dan jasmani. Rohani suci jasmani kotor. Karya Kristus hanya ada dalam gereja, kesaksian orang-orang percaya, namun alam penuh dengan dosa dan kekuatan jahat. Oleh karena itu gereja hanya mengurus yang rohani, sedangkan jasmani pihak lain yang mengurus. Dari Firman saat ini kita diingatkan bahwa Kristus adalah kepala dari alam semesta. Ciptaan adalah bagian yang utuh, tidak terpisahkan dari karya Kristus. Maka dengan demikian, manusia mengurus, menjaga, merawat karya Kristus. Mengurus alam adalah kesaksian orang-orang percaya tentang Kristus. Alam tidak ada kejahatan sebab kejahatan itu dilakukan oleh manusia. Ketika manusia mengangkat senjata untuk melawan alam, maka alam juga mengangkat senjata untuk melawan manusia.
Keempat, di minggu terakhir bulan lingkungan, manusia diminta untuk ada pertobatan, yaitu berbalik dari tindakan yang dilarang oleh Allah dan melakukan apa yang Ia kehendaki. Pertobatan yang dimaksud oleh teks Kolose 1:15-23 adalah perubahan cara pandang atau perilaku yang mengakibatkan penderitaan terhadap sesama ciptaan yang lain. Bertobat dari perlakuan semena-mena terhadap ciptaan lain, memosisikan diri unggul dari ciptaan lain, dan lain sebagainya. Pertobatan dari ajaran sesat.
Salah satu pokok ajaran sesat adalah memandang manusia sebagai pusat keselamatan, manusia superior terhadap ciptaan yang lain. Memisahkan rohani dan jasmani. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa Kristuslah pusat, manusia adalah ciptaan. Keselamatan bagi seluruh ciptaan.
Hanya dengan adanya pertobatan dari manusia, maka kita akan menuju pada masa depan ciptaan yang baru dalam Kristus. Amin.
Komentar
Posting Komentar