Renungan Minggu Adven Kedua: MELURUSKAN JALAN HIDUP (LUKAS 3:7-20)

 


Yohanes Pembaptis merupakan salah satu tokoh sentral dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas yang dikenal sebagai Injil-injil Sinoptik dengan peranan penting dalam kisah kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus. Sebagai seorang nabi yang mengkhotbahkan pertobatan dan pembaptisan, Yohanes Pembaptis hadir dalam konteks sosial dan agama yang penuh dengan ketegangan. Pada masa itu, bangsa Israel berada di bawah penjajahan Romawi, dan umat Israel tengah menantikan kedatangan Mesias yang dijanjikan oleh Allah.

 Dalam Injil-injil Sinoptik, Yohanes digambarkan sebagai seorang pengkhotbah yang mengajak orang untuk bertobat dan dibaptis sebagai tanda pertobatan (Mat. 3:1-12; Mrk. 1:2-8; Luk. 3:1-18). Pesannya tidak hanya mengarah pada pertobatan pribadi, tetapi juga mencerminkan kebutuhan akan pembaharuan spiritual dan sosial di tengah kondisi yang terpuruk. Keberadaan Yohanes Pembaptis sebagai pembuka jalan bagi Yesus Kristus juga diidentikkan dengan pemenuhan nubuat dalam Kitab Nabi Yesaya, yang menggambarkan seorang suara yang berseru di padang gurun untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan (Yes. 40:3).

Bacaan kita saat ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Pertama, berita pertobatan diperuntukkan bagi semua orang (ay. 7-9). Tidak seperti Matius yang menekankan kekhasan Yahudi dengan memilih penyebutan orang Farisi dan Saduki. Lukas menonjolkan universalitasnya dengan memilih istilah banyak orang. Yohanes mengingatkan banyak orang bahwa tidak ada gunanya dibaptis tanpa pertobatan yang sesungguhnya yang diperlihatkan dalam perbuatan. Ada buah-buah pertobatan. Oleh karena itu, Yohanes mengatai orang-orang Saduki dan orang Farisi sebagai ular beludak yang jahat dan perusak. Ular ini adalah sekelompok ular yang berbaris dan memiliki taring panjang untuk menyuntikan racun. Ular sangat membahayakan para pejalan kaki di padang gurun pada waktu itu.

Kemudian Yohanes mengingatkan agar jangan membanggakan diri sebagai anak-anak Abraham, anak-anak perjanjian, umat pilihan Allah, sebab Allah memiliki kebebasan penuh.  untuk menjadikan siapa saja menjadi anak-anak-Nya. Yohanes merubah paradigma eksklusif, klaim umat pilihan, oleh pemimpin-pemimpin agama dan orang-orang Yahudi yang hadir pada waktu. Dari paradigma eksklusif ke universal, yakni keselamatan bagi siapa saja yang dikehendaki Allah. Allah bertindak bebas. Namun bagi mereka yang tidak bertobat hukuman sudah dekat. Mesias sudah dekat, Dia datang sebagai hakim yang menghukum setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik ditebang dan dibuang ke dalam api. Orang-orang yang tidak bertobat digambarkan seperti pohon yang berbuah namun buahnya tidak baik sehingga tidak ada guna.

Jadi pemberitaan Yohanes Pembaptis tentang Mesias berbeda dengan apa yang diharapkan oleh orang Israel. Orang Israel menantikan seorang Mesias yang membebaskan mereka dari penindasan Romawi. Namun Mesias yang diberitakan oleh Yohanes bukan untuk melepaskan orang Israel dari penjajahan namun membawa hukuman bagi mereka yang tidak bertobat. Kemudian muncullah reaksi orang-orang yang hadir pada waktu itu.

Kedua, ajaran ‘tentang pertobatan sosial’ (ay. 10-14). Timbullah rasa takut dari orang-orang yang mendengarkan perkataan Yohanes. Mereka bertanya kepada Yohanes apa yang hendak mereka perbuat? Kepada para prajurit dikatakannya, supaya mereka dengan merasa syukur menerima gaji dan jangan merampas atau memakai kekuasaan dengan sewenang-wenangnya. Kepada pemungut cukai dikatakan jangan menambah pajak dan cukai orang dan jangan memeras orang. Berbagilah dengan orang miskin. Perhatikanlah mereka yang tidak memiliki pakaian dan makanan.

Lukas menekankan tentang menanti kedatangan Mesias dengan aksi sosial, bukan ritual dalam Bait Allah. Kedatangan Mesias bukan disambut dengan aksi yang spektakuler, ritual dan seremonia yang maha indah di dalam gedung-gedung tetapi dengan aksi sosial yang nyata kepada mereka yang membutuhkan.

Ketiga, penyebutan pengharapan Mesianik (ay. 15-17). Dalam bagian ini disebutkan bahwa ‘banyak orang’ sedang mencari dan mengharapkan Mesias. Yohanes dengan jujur mengatakan bahwa ia bukan Mesias. Ia tidak menggunakan panggung itu untuk mempromosikan dirinya sebagai seorang nabi besar yang dinubuatkan mendahului Mesias. Ia menjelaskan tugas yang dia bawanya, yakni meluruskan jalan bagi Tuhan dan membaptis dengan air. Namun Mesias datang akan membaptis dengan Roh dan dengan api. Ia menyucikan hati manusia dengan Roh Kudus. Ia datang akan memisahkan, yakni seperti seorang petani yang memelihara gandum dan membakar sekam.

 Pada waktu itu, di Bait Allah biasa terjadi pembaptisan kaum proselit. Banyak orang  non-Yahudi meminta untuk disunat dan dibaptiskan menjadi agama Yahudi. Hal ini biasa dilakukan pada hari raya Paskah di Yerusalem sehingga malamnya orang tersebut bisa ambil bagian dalam makan domba Paskah.

 Kemisianikannya sang Mesias membuat Yohanes Pembaptis menunduk untuk membuka tali kasutpun Yohanes tak layak. Sangat mulia dan agung. Pembukaan tali kasut biasa dilakukan seorang murid kepada guru pada waktu itu. Seorang murid yang setia biasa membuka tali kasut gurunya ketika guru hendak masuk ke dalam rumah atau selesai melaksanakan pengajar.

Yohanes menyampaikan hal tersebut untuk meluruskan pandangan orang banyak yang mengira dirinya adalah Mesias. Yohanes Pembaptis adalah penanda digenapinya berita kelepasan dalam Yesaya 40:3-5. Bagi Lukas, berita kelepasan dinantikan oleh semua orang. Mesias disebut berkuasa dan akan membaptis dengan Roh Kudus dan api yakni lambang penyucian dan pembersihan.

Keempat, keterangan tentang Yohanes Pembaptis (ay. 18-20).

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, di minggu adven kedua ini mari kita memeriksa diri kita. Jika kita belum bertobat maka mari kita bertobat. Bertobat dalam bahasa Yunani ada dua kata, yakni pertama berarti perubahan hati dan pikiran. Kedua, berbalik dari jalan yang sesat. Dalam pemberitaan Yohanes menggunakan istilah pertama yakni perubahan hati dan pikiran. Mari kita memeriksa hati dan pikiran kita. Apakah hati dan pikiran penuh dengan racun (ular beludak)? Mari kita membersihkan untuk menyambut kedatangan Tuhan.

Bersihkan hati dan pikiran kita yang eksklusif, yang mengklaim bahwa kita yang paling benar, paling baik, paling suci, karena setiap hari kita beribadah. Pertobatan seseorang bukan dilihat dari rajin beribadah, namun nampak dalam tindakan dan tutur kata sehari-hari. Terlihat dari buahnya. Asamkah? Pahit? Tawar? Atau menjadi racun? Nyatakan buah-buah pertobatan dalam hidup kita sehari-hari.

Kedua, di minggu-minggu adven ini, seharusnya kita gunakan untuk menolong sesama yang susah. Aksi-aksi sosial kita nyatakan dalam kehidupan bersama. Bukan diakonia dilaksanakan pada hari raya Natal atau akhir bulan Desember, namun dalam perenungan di minggu-minggu adven ini. Seperti kata Yohanes Pembaptis (baca: ay. 11).

Kemudian perenungan diri pada masa adven hanya akan mencapai puncaknya kalau Anda dan saya melakukan pertobatan sosial (komunal). Pertobatan sosial adalah  pengendalian diri lewat puasa dengan merefleksikan kembali tindakan-tindakan yang merusak kehidupan bersama.

Pertobatan sosial orientasinya lebih kepada pembaharuan sikap hidup dan kebijakan-kebijakan publik yang punya pengaruh langsung bagi orang banyak (masyarakat). Bertobat dari dari korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang merupakan salah satu bentuk dosa sosial yang tersistematis dan terencana. KKN adalah fatalitasnya besar karena ia termasuk penyakit sosial yang oleh karena dorongan nafsu orang berlomba-lomba mengakumulasi kekayaan dengan cara merampas hak hidup warga.

KKN bukanlah kejahatan tunggal. Di sana bercokol banyak kejahatan, yakni rakus, tamak dan serakah. Maka dengan melakukan pertobatan, kita ingin memastikan, mau segera melepaskan diri dari kejahatan-kejahatan itu, dan jauh lebih penting kita punya niat dan komitmen kuat untuk mengakhiri segala bentuk penindasan. Kita juga bertobat dari politik balas jasa dan balas dendam. Kita telah selesai melaksanakan pemilihan kepala daerah, sambil menunggu keputusan KPU dan pelantikan, di minggu adven kedua ini kita diingatkan oleh firman Tuhan untuk bertobat karena jika tidak bertobat maka akan mendatangkan hukuman. Seruan Yohanes Pembaptis merupakan seruan moral etis bagi setiap orang.

Ketiga, di minggu adven kedua ini kita diingatkan oleh firman Tuhan untuk datang kepada Tuhan. Memberikan hidup dan hati kita untuk disucikan dan dipulihkan. Menanti kedatangan Tuhan dalam tuntunan Roh Kudus. Ketika kita hidup dalam tuntunan Roh Kudus maka yang nampak adalah buah Roh (baca: Galatia 5:22-23).

Keempat, di minggu adven kedua ini kita belajar dari sosok Yohanes Pembaptis yang berani menyatakan kebenaran dan juga sangat rendah hati mempersiapkan umat untuk menyambut kedatangan Tuhan. Ia tidak menggunakan panggung untuk menyatakan dirinya sebagai seorang nabi (baca: Yohanes 3:30). Mari kita menyambut kedatangan Tuhan dengan keberanian dalam menyatakan kebenaran dengan kerendahan hati. Amin.  

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan : MENDOAKAN HIDUP, MENGHIDUPI DOA (Lukas 11:1-13)

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)