Renungan Bulan Kebangsaan: ALLAH PEDULI DAN MEMILIKI RENCANA BAGI BANGSA INDONESIA (KELUARAN 3:1-17)
PENDAHULUAN
“Menuju Indonesia Emas?” itu adalah visi
jangka panjang Indonesia pada 2045, di
saat perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 100. Konsep Indonesia emas
adalah konsep menjadi negara maju, sejahtera dan berkeadilan sosial. Visi ini
dituangkan dalam rencana pembangunan jangka panjang. Untuk pencapaiannya, maka
dibangun 4 pilar pembangunan, yaitu Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Pemerataan Pembangunan, serta
Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan. Menurut BAPENAS,
secara keseluruhan visi Indonesia 2045 mewujudkan tingkat kesejahteraan rakyat
Indonesia yang lebih baik dan merata dengan kualitas manusia yang lebih tinggi.
Secara ekonomi Indonesia menjadi negara maju dan salah satu dari 5 kekuatan
ekonomi terbesar dunia, kemudian terjadi pemerataan yang berkeadilan di semua
bidang pembangunan, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdaulat dan demokratis. Jika visi ini terwujud, maka Kerajaan Allah nyata di
bumi Indonesia. Indonesia adalah tanah Kanaan yang dijanjikan oleh Tuhan bagi bagi
umat-Nya.
Bulan
Agustus ditetapkan oleh Gereja Masehi Injili di Timor sebagai Bulan Kebangsaan.
Pada tanggal 17 Agustus kita akan merayakan hari ulang tahun kemerdekaan
Republik Indonesia yang ke-80.
PEMBAHASAN
TEKS
Musa
mengalami proses pendidikan di istana Firaun, kemudian dia dibawa menjadi
gembala kambing domba selama 40 tahun di Median. Tuhan membentuk dan
memperlengkapinya bagi pekerjaan Tuhan. Angka 40 merupakan pengujian dan penderitaan;
bandingkan 40 hari dan 40 malam Elia puasa, melarikan diri dari Izebel, Yesus
berpuasa 40 hari di padang gurun.
Dalam
cerita ini, Musa menggembalakan kawanan kambing domba (Ay. 1) ke belakang padang
gurun, dari Sinai. Rupanya terdapat padang yang baik dan dia memimpin kawanan kambing
domba untuk mencari makan, yang berjarak sekitar tiga hari perjalanan dari
Mesir (Kel. 5:3).
Di gunung
tersebut Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya. Penampakan sebagai berikut; tiba-tiba
muncullah nyala api yang keluar dari semak duri. Ketika Musa melihat kejadian
tersebut, ia mendekat ke Semak itu, yang berada di salah satu sisinya. Ia
melihat suatu pemandangan yang besar, mengapa semak itu tidak terbakar. Ia
menyelidiki dan mencari tahu, pemandangan yang aneh dan menakjubkan ini. Bagaimana
mungkin sebuah semak ada api namun tidak terbakar? Kejadian ini sebuah makna
simbolis mistis. Orang Yahudi menafsirkan peristiwa bahwa bangsa Israel
sementara berada dalam dapur penderitaan di Mesir, namun tidak hangus, bahkan
semakin mereka menderita semakin mereka berkembang.
Ayat
4-6, Allah yang kudus yang bukan Allah asing bagi orang Israel. Musa ingin tahu dengan memeriksa lebih dekat
fenomena aneh ini. Tuhan memanggilnya dari tengah semak dengan suara yang
jelas, “Musa, Musa!” karena Tuhan mengenal umat-Nya dengan jelas, dan dapat
memanggil mereka dengan nama. Pengulangan namanya tidak hanya menunjukkan
kedekatan dan kasih yang kuat padanya, tetapi juga tergesa-gesa untuk
menghentikannya, agar dia tidak melangkah lebih jauh ke tempat tersebut. Dia
tergerak untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan kepadanya, namun Tuhan
berkata “Jangan mendekat kemari”. Jaga jarak, “Lepaslah kasut dari kakimu”.
Mengapa? Sebab Tuhan yang memanggilnya adalah Tuhan yang suci. Orang yang
mendekat kepada-Nya harus dalam kesucian, debu di kasut adalah lambang
keberdosaan. Kata Tuhan, “Karena tempat di mana engkau berdiri adalah tanah
yang kudus”.
Tuhan
hadir dalam penderitaan umat-Nya, Dia merasakan apa yang dirasakan umat-Nya,
Dia menderita bersama umat-Nya.
Kemudian
Tuhan berkata, “Aku adalah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah
Yakub”. Dengan menyebut Allah nenek moyang Israel, maka dengan demikian, maka Allah
yang akan membebaskan mereka bukan Allah asing. Apakah Musa kenal nama Allah
nenek moyangnya? Pasti kenal karena orang tuanya menceritakan kepadanya,
kemudian ia mendengar cerita dari orang-orang sebangsanya. Dengan menyebut nama
Allah nenek moyangnya, membuat Musa mengenal Allah secara pribadi, asal usulnya
dan ingat akan bangsanya yang sementara dalam penderitaan. Musa menyembunyikan
wajahnya, menutupinya dengan jubah seperti yang dilakukan
Elia, 1
Raj 19:13, karena kemuliaan Mahakudus yang sekarang hadir, dan ia
sadar akan dosa dan ketidaklayakannya sendiri.
Ayat
7-9, Tuhan melihat penderitaan dan menolong umat-Nya. Tuhan berkata, “Aku
sungguh-sungguh telah melihat penderitaan umat-Ku yang ada di Mesir. Sebuah ungkapkan
karena penglihatan yang jelas, sebuah empati terhadap mereka, kepedulian yang
penuh kasih bagi mereka, dan tekad yang pasti untuk membebaskan mereka. Ia
telah lama memperhatikan penderitaan mereka, dan merasa menderita bersama
mereka di dalamnya. Mereka disiksa dengan kejam, sehingga mereka berteriak.
Teriakan penderitaan yang membuat Tuhan Allah hendak melepaskan mereka. Kemudian
Tuhan berjanji untuk menuntun mereka ke suatu (ay. 8) negeri yang
berlimpah-limpah madu dan susunya. Sebuah kiasan yang menggambarkan kemakmuran
pertanian. Madu yang dimaksudkan ialah madu dari anggur atau kurma maupun madu
lebah; sarinya dimasak sampai menjadi sirup yang kental.
Ayat
10-17, Musa diutus namun ia mengenal kelemahannya, Allah memperkenalkan
nama-Nya. Musa berkata kepada Allah, “Siapa aku, sehingga aku harus pergi kepada
Firaun”. Seorang pengasing di negeri asing, seorang gembala miskin, tidak
dikenal oleh Firaun. Sedangkan Firaun adalah seorang raja besar, yang memiliki
banyak pasukan untuk membela negaranya, dan mencegah keluarnya orang Israel
dari sana. Dahulu Musa dikenal oleh seorang Firaun, tinggal di istana dan
membuat nama di sana sebagai anak angkat dari putri raja, tetapi sekarang
situasinya berbeda baginya.
Namun
Tuhan berjanji untuk menyertai Musa, “Ia berkata, sungguh, Aku akan
bersamamu (ay. 12). Untuk mendorong dan menguatkannya, melindungi, membela, dan
memeliharanya, serta memberinya keberhasilan. Ia mendapatkan penghormatan dan
derajat di antara umat Israel, serta pengaruhnya terhadap Firaun agar
melepaskan Israel.
Tuhan
memberi tanda pengutusan, tanda “a posteriori” yaitu tanda setelah peristiwa
dibawa keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan mereka akan datang beribadah di
gunung ini. Tanda itu akan digenapi dalam perjalanan bersama umat Israel
sehingga dikatakan oleh Tuhan, “Ketika engkau telah membawa bangsa itu keluar
dari Mesir, kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini”. Mereka akan
beribadah kepada Tuhan bersama di gunung ini, dan dari situ ia bisa
menyimpulkan bahwa ia memiliki misi dan perintah dari Allah.
Musa
menjawab Tuhan (ay. 13), siapa nama Allah nenek moyang mereka ketika orang
Israel bertanya? sebuah pertanyaan yang mungkin akan mereka tanyakan, karena
dalam kesusahan, mereka berteriak kepada-Nya untuk meminta bantuan dan
pembebasan. Mungkin juga untuk menguji Musa, dan pengetahuan apa yang
dimilikinya tentang Tuhan. Atau karena ada banyak nama Tuhan, “Apa yang harus
saya katakan kepada mereka?” Nama apa yang harus saya sebutkan?
Kemudian
Tuhan memperkenalkan diri-Nya “AKU ADALAH AKU” (ay. 14) Ehyeh Asyer Ehyeh. Kata Ehyeh
yang berarti “Aku berada” berasal dari
kata hyh yang menurut para ahli
menunjukkan rangkuman dari kata-kata: berada, menjadi dan bekerja. Di sini nama
Tuhan Allah diungkapkan dengan kata kerja, kata yang hidup. Bukan Allah yang
tidak bergerak, bukan Allah yang mati melainkan Allah yang hidup, yang bekerja,
penuh dengan dinamika. Kehadiran Tuhan Allah bagi Israel adalah suatu kehadiran
dalam perbuatanya. Allah yang hidup itu
menunjukan solider-Nya dan bekerja membebaskan mereka yang miskin dan yang lemah
saat mereka menjadi budak di Mesir .
Tuhan
Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakob, telah
mengutus aku kepadamu. Dia yang adalah Allah perjanjian dari nenek moyang
bangsa Israel. Tuhan akan membawa kamu
keluar dari penderitaan dan membawa kembali kamu kepada tanah asal nenek
moyangmu. Tanah yang sekarang dikuasai oleh orang Kanaan dan suku-suku di
sekitarnya.
POKOK-POKOK
RENUNGAN
Di minggu pertama Bulan Kebangsaan, dari firman
Tuhan saat ini kita mencatat beberapa pokok refleksi.
Pertama,
jeritan dari orang-orang yang menderita karena penindasan, diskriminasi, dll.,
adalah doa. Dalam bacaan ini, orang Israel didengar oleh Tuhan. Tuhan memperhatikan
kesengsaraan umat-Nya di Mesir, Tuhan itu juga memperhatikan kesengsaraan, jeritan,
tangisan, kita sebagai anak-anak bangsa. Orang Israel menderita bukan dalam
waktu yang singkat melainkan waktu yang lama yaitu 400-an tahun. Tahun ini kita
akan merayakan HUT kemerdekaan ke-80, namun masih banyak anak bangsa di pelosok
negeri ini yang masih menderita. Perayaan bulan kebangsaan tahun ini, kita
dikuatkan oleh firman Tuhan, bahwa Tuhan mendengar jeritan kita dan akan
melepaskan kita. Jeritan orang-orang yang tertindas adalah doa. Mungkinkah visi
Indonesia Emas dengan 4 pilar yang telah disebutkan di atas semoga merupakan
rencana Allah untuk kita? Mari kita terus berdoa dengan sungguh-sungguh.
Kedua,
umat
Allah tidak akan hangus dalam penderitaan karena Tuhan mengingat janji-Nya.
Peristiwa api di semak belukar memberikan pesan tersebut. Walaupun umat-Nya
mengalami berbagai penderitaan seperti kekerasan atas nama agama, suku, ras,
dan penutupan paksa rumah ibadah, dll., umat Tuhan tidak akan lenyap, hangus,
karena Allah peduli bagi umat-Nya, bagi bangsa ini. Ada janji Allah untuk Anda
dan saya. Janji-Nya ialah kita akan tetap menjadi umat-Nya dan Dia tetap
menjadi Allah Kita. Kita akan tetap beribadah kepada-Nya dan menjadi berkat
bagi bangsa ini.
Ketiga,
kepedulian Allah terhadap orang-orang yang menderita adalah kepedulian Anda dan
saya sebagai umat Kristen. Kita diutus seperti Musa untuk membebaskan mereka yang menderita,
walaupun kita sadar; siapakah kita? Bukankah kita orang kecil, yang tidak punya
pengaruh di negeri ini? Itulah kesadaran Musa. Namun itu tidak membuat kita
harus patah semangat untuk berjuang, berempati dengan mereka yang menderita serta
berjuang bersama mereka terbebas dari penderitaan. Mulailah dari hal-hal kecil
di sekitar kita. Berempati seperti Tuhan Allah yang merasakan dan juga turut
mengalami penderitaan bersama orang Israel. Kita mendukung program pemerintah
visi Indonesia Emas dengan 4 pilar di atas, namun kita mengkritisi bahkan melawan jika pemerintah menjadi penindas (ketika pemerintah menjadi Firaun).
Kempat,
kita
adalah anak-anak Allah yang terus bekerja seperti Allah yang memperkenalkan nama-Nya,
“AKU ADALAH AKU”. Dia adalah Allah berada bersama kita, yang terus bekerja,
berkreatifitas untuk kebaikan umat dan seluruh ciptaan. Itulah menjadi semangat
kita sebagai anak-anak bangsa. Kita memulai dari sekarang, terus berkarya,
belajar, berinovasi, maka visi besar Indonesia emas adalah janji Tuhan bagi
bangsa Indonesia di tahun 2045.
Kelima,
Tuhan
mendidik Musa di istana Firaun, kemudian selama 40 tahun dia belajar menjadi
gembala kambing domba. Dia dipanggil dari pekerjaan sehari-hari. Proses dari
istana ke kandang kambing domba dan menjadi gembala merupakan sebuah proses
yang panjang, proses “menurun” yang tak disadari oleh Musa. Namun dengan
pemanggilan oleh Tuhan, ia sadar bahwa ada maksud Tuhan dibalik semua yang
dialami. Melalui firman Tuhan saat ini, kita diingatkan bahwa ada maksud Tuhan
dalam setiap pengalaman hidup dan pekerjaan kita masing-masing bagi bangsa ini.
Tanda janji itu adalah “a posteriori” sehingga terakhir semua lidah akan
berkata, terpujilah nama Tuhan. Bukan hari ini tetapi untuk hari esok, namun
perjuangan memulai dari hari ini. Anda dan saya akan melihat kemuliaan Tuhan.
Amin.
Selamat merayakan Bulan Kebangsaan!
Komentar
Posting Komentar