Renungan Bulan Kebangsaan: BERJUANG UNTUK MERDEKA, MENGISI KEMERDEKAAN DENGAN TINDAKAN NYATA (BILANGAN 33:50-56)


PENDAHULUAN

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Gebyar upacara peringatan HUT RI ke-80 ditayangkan oleh televisi swasta maupun nasional di penjuru tanah air sangat memukau. Sejenak, kerap pasukan pengibar bendera dan orkes yang menggemahkan lagu-lagu perjuangan menjadi tontonan yang menimbulkan decak kagum. Sebelum upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih, berbagai kegiatan dilaksanakan dalam rangka perayaan yang dilakukan oleh berbagai lapisan elemen masyarakat.

 Ya, semua anak bangsa perlu merayakan karena Indonesia pernah mengalami masa-masa penjajahan. Tentu, masa itu cukup menakutkan dan meresahkan seluruh warga Indonesia. Bagaimana hidup sebagai orang terjajah, hidup penuh dengan tekanan, terhimpit rasa takut, dan diperbudak oleh bangsa lain di negeri sendiri. Usaha melawan penjajahan benar-benar berhasil. Buktinya, penjajah Belanda dan Jepang kembali ke negara masing-masing. Indonesia kemudian menjadi negara yang merdeka. Tidak ditekan lagi oleh penjajah. 

Namun di negara yang merdeka ini, kini muncul model Penjajahan Baru dengan metode lama. Penjajahan baru di Indonesia merujuk pada bentuk-bentuk dominasi dan eksploitasi yang terjadi setelah kemerdekaan, baik secara ekonomi, politik, budaya, agama, dll. Misalnya siasat devide et impera atau siasat pecah belah/ adu domba. Kekuatan yang mempersatukan bangsa yang beragam antara lain gotong royong, toleransi dan saling menghormati dibenturkan dengan munculnya ego sektoral, ego kedaerahan dan ego agama, fanatisme SARA yang berlebihan sehingga menyepelekan yang lain membuat ikatan persatuan akan goyah dan lama kelamaan hancur. 

Di bidang Ideologi Pancasila, masuknya gaya hidup modern dan bentuk ideologi liberal masyarakat melupakan nilai-nilai luhur Pancasila. Kebebasan kadang-kadang disalahartikan menjadi kebebasan yang tidak terbatas, dan tidak cocok dengan Pancasila. Di bidang kehidupan Sosial Budaya, radikalisme dalam bentuk SARA merusak persekutuan sebagai anak bangsa. Anak-anak bangsa dijajah oleh budaya luar dan kita kehilangan identitas budaya sendiri.

 Dalam bidang Ekonomi, kekayaan alam Indonesia justru “dirampas” konglomerat. Kehidupan ekonomi masyarakat tergantung pada pasar modern. Bisnis lokal merasakan penjajahan karena mudahnya produk-produk asing masuk ke Indonesia, dan menjadikan produk lokal kurang diminati. 

PEMBAHASAN TEKS

Kita membaca teks Bilangan 33:50-56 secara utuh, maka kita dapat menyimpulkan bahwa bacaan ini menegaskan pendirian eksklusif negara teokratis Israel. Kita dapat membagi bacaan ini dalam tiga kelompok.

Pertama, bacaan ini bercerita tentang orang Israel sudah berada di dataran Moab (ay. 53), di tepi sungai Yordan dekat Yerikho, itu artinya tinggal sedikit waktu lagi mereka akan memasuki tanah Kanaan. Tanah Kanaan adalah tanah perjanjian diberikan oleh Tuhan kepada Abraham dan keturunannya.  “Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka.”   (Kejadian 17:8). Suatu negeri yang baik dan luas, serta berlimpah-limpah susu dan madunya ( Kel. 3:8 ). Mungkin ini adalah kebahagiaan terbesar yang dirasakan oleh umat Israel, setelah kurang lebih 40 tahun lamanya mereka harus menempuh perjalanan berputar-putar di padang gurun.      

Namun sebelum mereka memasuki tanah Kanaan ada hal-hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan, sebab sudah ada bangsa lain yang menempati Kanaan dan hidup dari tanah itu. Tanah itu bukan tanah yang kosong. Penduduknya memiliki kepercayaan yang berbeda dengan umat Israel dan berbeda dalam budaya. Mereka juga berbeda jauh dari berbagai aspek kehidupan baik keagamaan dan sosial masyarakat. Secara watak mereka sebagai bangsa yang terjajah di Mesir, hidup di padang gurun, selalu berhadapan dengan perang dan juga semangat untuk tinggal di tanah yang pernah dijanjikan, yaitu tanah penuh dengan madu dan susu. Bagi bangsa Israel, berhasil merebut dan menduduki tanah Kanaan ibarat proklamasi kemerdekaan. Namun setelah mencapai tujuan apa yang harus mereka lakukan? Tuhan memberi tahu mereka apa saja yang harus dilakukan setelah tanah Kanaan direbut. 

Kedua, orang Israel harus menghalau seluruh penduduk negeri dan membinasakan berhala mereka (ay. 52). Sebab "Mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan melempar kamu ke negeri yang kamu diami itu."   Mengapa? Karena semua itu berpotensi menjadi jerat bagi kehidupan mereka dan mendatangkan murka Tuhan (ay. 55-56). Mereka akan menjadi duri di matamu, dan duri di sisimu. Ungkapan kiasan ini menunjukkan bahwa suku-suku tersebut akan sangat menyusahkan dan menyakitkan bagi Israel ketika mereka hidup di tanah Kanaan. Kemudian menarik mereka kepada dosa melalui contoh buruk.

 Ketiga, membagi-bagi negeri itu menjadi milik pusaka (ay. 54). Tanah perjanjian harus dibagi secara adil untuk semua suku umat perjanjian selain dari pada suku Lewi. Karena warga suku ini disisipkan ke dalam semua suku yang lain dan mendapat kota serta padang penggembalaan di sekitar kota yang diberikan kepada mereka. Hal ini terjadi agar mereka memusatkan perhatian pada tugas peribadatan Israel sebagai umat Allah. Tanah perjanjian wajib digarap dan dikelola dengan baik untuk menghasilkan makanan bagi umat Allah dan tersedianya makanan bagi ternak peliharaan umat Allah itu.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Dari bacaan tersebut dan dalam rangka perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-80, kita mencatat beberapa pokok perenungan.

Pertama, mari kita merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-80 dengan penuh syukur kepada Tuhan. Kita telah merdeka dari penjajahan kolonial. Bangsa Israel dibawah keluar dari penjajahan kemudian masuk di tanah perjanjian, peristiwa ini adalah sebuah kemerdekaan bagi mereka. Pembebasan dari Mesir dan dibawah masuk ke tanah perjanjian adalah karya Allah sebagai pembebas dan penyelamat, bukan karena kesucian hidup mereka, melainkan empati Allah bagi penderitaan umat-Nya. Allah tidak mau melihat umat manusia menderita sehingga Ia mau membebaskan mereka. Kemerdekaan yang kita rayakan saat ini karena campur tangan Tuhan. Jika kita tidak merdeka maka kita tidak sebebas ini. Kita dapat menyimpulkan bahwa kemerdekaan yang dicapai tersebut tidak hanya sekedar merdeka dari tetapi lebih dari itu merdeka untuk berpikir, bersuara dan bertindak dengan penuh tanggungjawab. Itulah kemerdekaan yang kreatif menciptakan dan membangun. Para pendiri bangsa ini cukup cerdas untuk melihat bahwa kita tidak sekedar merdeka dari yang statis, tetapi juga merdeka untuk yang bersifat dinamis.

Kedua, sebagai bangsa yang merdeka maka warganya bebas untuk berekspresi menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan haknya. Bebas untuk beribadah, bebas untuk memperoleh pendidikan, dan dia berhak mendapat perlindungan dari negara. Kebebasan tersebut adalah kebebasan yang bertanggungjawab kepada norma dan hukum yang berlaku di republik ini. Ketika orang Israel tidak menyingkirkan suku-suku yang ada di sekitar maka mereka menjadi penghambat bagi kebebasan sebagai bangsa yang merdeka. Apa yang menjadi penghambat bagi Anda dan saya di republik ini untuk memperoleh kebebasan? Itulah yang harus Anda saya berjuang untuk menyingkirkan.

Ketiga, kita merdeka dari kolonialisme namun makna kemerdekaan belum dirasakan oleh semua anak bangsa di Republik ini karena ada penjajah-penjajah baru. Penjajahan baru itu yang menjadi ancaman bagi bangsa ini. Jika Israel hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, maka bangsa-bangsa itu menjadi penjajah baru bagi mereka. Apa penjajah baru bagi bangsa kita saat ini? Penjajah-penjajah baru itu seperti yang telah disebutkan di pendahuluan? Misalnya kelompok-kelompok radikalisme agama, mereka terus memperjuangkan dan mau menjadikan negara agama tertentu, dll. Kelompok-kelompok ini adalah duri di mata bangsa ini. Kita semua sebagai anak bangsa berjuang untuk melawan penjajah-penjajah baru yang memecah belah bangsa ini.

Keempat, kemerdekaan memberi kita kebebasan untuk berkarya melalui aksi nyata di atas tanah ini. Tanah yang sekarang Anda dan saya hidup di atasnya merupakan tanah perjanjian. Ada perintah untuk pembagian tanah ketika mereka masuk di perjanjian. Untuk apa dibagi? Untuk mereka mengusahakannya bagi kelangsungan hidup mereka. Madu dan susu ada ketika mereka mengelolanya. Tanah Timor, Sabu, Alor, Rote, Sumba, dll., tanah perjanjian hanya mengeluarkan madu dan susu bagi kita jika kita rajin mengelola tanah itu. Jika rajin mengelola maka kita dibebaskan dari ketergantungan terhadap penjajah-penjajah modern. Lebih baik rajin mengelola tanah sebagai orang merdeka di tanah sendiri dari pada mengelola tanah orang sebagai orang terjajah. Amin.

Selamat merayakan HUT RI ke-80.  

Frans Nahak, Pendeta di Jemaat Betel Terus, Oelet, Klasis Amanuban Timur. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan : MENDOAKAN HIDUP, MENGHIDUPI DOA (Lukas 11:1-13)

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)