Renungan Bulan Keluarga: KELUARGA YANG HIDUP BERGAUL DENGAN ALLAH (Kejadian 6:9-22)

 

PENGANTAR

Bulan Oktober ditetapkan oleh Gereja Masehi Injili di Timor sebagai Bulan Keluarga. Tema renungan di minggu pertama bulan keluarga adalah “Keluarga yang Hidup Bergaul dengan Allah”. Hidup bergaul dengan Allah dalam Perjanjian Lama merangkum dari ungkapan takut akan Tuhan. Takut Tuhan bukan berarti menjauh dari Tuhan melainkan hidup dekat dengan Tuhan, beribadah kepada-Nya dan mengabdi pada-Nya. Hal itu yang akan kita lihat dalam bacaan ini.

PEMBAHASAN TEKS

Dari bacaan ini kita dapat membaginya dalam beberapa bagian.

Pertama, ayat 9-12. Nuh adalah seorang yang benar, tidak bercela dan hidup bergaul dengan Allah. Orang benar ditegaskan lagi dengan tidak bercela. Tidak bercela artinya tidak ada yang dapat dicela padanya. Ini tentu tidak berarti tidak berdosa, ia berdosa juga seperti orang lain, namun ia berbakti pada Allah dalam hidupnya. Orang seperti ini orang yang teruji integritasnya karena ketulusan, kejujuran dan kesukaan akan damai. Keterangan Nuh yang bergaul dengan Allah ini menunjukkan bahwa Nuh sama dengan Henokh yang hidup dan bergaul dengan Allah. Jalan hidupnya adalah kehidupan yang sesuai dengan jalan atau aturan yang dikehendaki Allah. Ia tidak menyimpan ke kiri atau ke kanan. Kehidupan yang demikian yang menjadi alasan Allah melindunginya dari segala kejahatan yang mengikat orang-orang seangkatannya.

Pada waktu itu seluruh bumi “rusak” (ay. 11), merupakan sebuah kenyataan manusia yang rusak secara moral, di situ dinyatakan bahwa ada kekerasan. Kekerasan terjadi dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Kerusakan itu dibuat oleh manusia dan ditimpakan oleh manusia itu sendiri, ayat 12 menjelaskan hal tersebut. Allah mengamati bumi dengan cermat, teliti, dan mengetahui apa yang terjadi di dalamnya. Allah tidak hanya melihat alam tetapi melihat kehidupan manusia satu persatu. Ia melihat sampai kedalaman hati dan niat hati manusia. Ayat 5 mengatakan bahwa kecendrungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Memang rusak benar karena semua manusia menjalankan kehidupan yang rusak.

Kedua, ayat 13. Karena Nuh orang benar, maka Allah memaklumkan keputusannya kepada Nuh. Ia memberitahukan Keputusan-Nya kepada Nuh seperti yang dilakukan-Nya terhadap Abraham sebelum pemusnahan Sodom dan Gemora. Hal ini terjadi dengan Nuh yang hidup lurus di hadapan Tuhan dan tidak seperti orang sesamanya. Tuhan hendak menghukum yakni mengakhiri hidup segala makhluk. Ungkapan segala makhluk dipakai untuk menunjukkan kepada segala bangsa.

Ketiga, ayat 14-17. Tuhan menyuruh Nuh untuk membuat bahtera. Perintah itu dirinci dengan panjang lebar bahtera tersebut. Dengan pembuatan bahtera ini, Nuh menyatakan kepercayaannya; ia membuatnya, oleh karena Allah menyuruh, sekalipun perintah Allah itu sesuatu kejanggalan. Buat bahtera sebesar itu akan membuat dia menjadi bahan tertawaan dan ejekan, apalagi manusia yang pada waktu itu secara moral rusak total. Hanya satu orang yang hidup di tengah-tengah dunia yang kerusakan moral yang akut. Kemungkinan dia dianggap seseorang yang miring otaknya (gila). Mereka melihat Nuh mengerjakan bahtera, namun menurut Matius 24:37-39 dan Lukas 17:26-27, walaupun demikian manusia meneruskan hidupnya, makan dan minum, kawin dan mengawinkan; mereka meneruskan hidup sehari-hari; mereka tidak berjaga-jaga untuk menghadapi hukuman yang ngeri.

 Bahtera memang bukan kapal yang menjadi alat angkut pada umumnya, melainkan alat angkut yang khusus. Tujuan dari bahtera itu untuk melindungi Nuh dan seluruh keluarganya serta jenis makhluk yang hendak diselamatkannya. Tuhan bermurah hati untuk melindungi dan menyelamatkan Nuh dari murka-Nya serta seluruh makhluk hidup berpasang-pasangan.

Keempat, ayat 18-22. Jaminan keselamatan. Bagian ini menguraikan jaminan keselamatan melalui janji Tuhan. Tuhan sendiri mendirikan dan menegakkan perjanjian-Nya. Bagian kalimat yang penting untuk diperhatikan adalah “Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan engkau”. Perjanjian ini didirikan dan ditegaskan oleh Tuhan sendiri. Dengan memakai rumusan “mendirikan dan menegakkan perjanjian”, hal ini hendak ditegaskan bahwa perjanjian yang telah diadakan Tuhan dengan umat-Nya hendak didirikan kembali dan ditegaskan kembali.

Nuh melakukan apa yang harus dikerjakan sesuai dengan perintah yang diterimanya. Pernyataan ini hendak ditegaskan untuk mengungkapkan citra Nuh orang yang hidup dan bergaul dengan Tuhan.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Dari pembahasan teks di atas kita mencatat beberapa pokok renungan.

Pertama, manusia bertambah banyak namun kejahatan terjadi di mana-mana, sebagai keluarga Allah, hidup tetap bergaul dengan Allah. Tidak terpengaruh dengan pergaulan-pergaulan yang merusak kehidupan. Tetap menjadi keluarga-keluarga Kristen yang hidup mengikuti kehendak Tuhan, menegakkan kebenaran (hidup lurus), keluarga yang terus beribadah kepada Tuhan.

Kedua, Tuhan tidak menyembunyikan rahasia-Nya kepada keluarga-keluarga yang bergaul karib dengan Tuhan. Nuh bergaul dengan Tuhan sehingga sebelum Tuhan menghukum bumi Ia memberitahukan hal itu kepada Nuh. Tidak hanya memberitahukan, namun menyampaikan rahasia bagaimana menyelamatkan dirinya dan keluarganya. Tidak ada sahabat karib yang mau melihat sahabatnya binasa, setiap rahasia pasti disampaikan kepada sahabatnya tersebut. Itulah yang terjadi dalam cerita ini. Bergaul kariblah dengan Tuhan maka Ia akan menyampaikan isi hati-Nya kepada Anda, saya dan setiap keluarga yang hidup bergaul dengan Tuhan.

Ketiga, keluarga yang tetap taat kepada perintah Allah walaupun hidup di tengah-tengah manusia memiliki degradasi moral. Hal itu menjadi tantangan bagi keluarga Kristen yang hidup bergaul dengan Tuhan di masa kini. Bisa jadi, orang yang tetap taat kepada Tuhan menjadi olok-olokkan bahkan bullian. Kita dianggap “orang gila”. Walaupun cerita ini tidak menceritakan hal tersebut, namun kita membayangkan bahwa Nuh pasti saja mengalami hal yang demikian. Namun Ia tetap taat kepada perintah Allah untuk membangun bahtera bagi keselamatan dirinya, keluarga dan keselamatan bagi makhluk hidup yang ditentukan Tuhan. Ketaatan kepada Allah mendatangkan keselamatan. Jadilah keluarga Kristen yang taat, agar melalui kita orang lain diselamatkan dan alam ini juga diselamatkan.

Keempat, keluarga Kristen yang bergaul dengan Allah bersaksi melalui Perbuatan. Dalam masyarakat memiliki degradasi moral, maka kesaksian kita tentang kabar baik harus melalui perbuatan. Hal ini dilakukan oleh Nuh. Ia tidak menyampaikan berita tersebut lewat kata-kata melainkan perbuatan. Ia dengan tekun mengerjakan bahtera tersebut. Hal yang dilakukan Nuh adalah kesaksian hidup melalui karya nyata. Jadi, di bulan keluarga ini, marilah kita menjadi keluarga  di tangan Tuhan untuk menjadi alat kesaksian di dalam dunia. Kesaksian bukan hanya lewat kata-kata namun perbuatan. Amin. (FN).

Selamat merayakan Bulan Keluarga GMIT.

Kupang, 4 Oktober, Commodious Hotel.

Peserta Persidangan Sinode Istimewa Ketiga.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan : MENDOAKAN HIDUP, MENGHIDUPI DOA (Lukas 11:1-13)

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)