Renungan Bulan Keluarga: KELUARGA YANG HIDUP DALAM KEBAIKAN (Amsal 3:27-35)

 

PENGANTAR

Apa itu kebaikan? Menurut pengertiannya, kebaikan adalah perilaku atau tindakan yang baik, positif dan yang bermanfaat bagi orang lain. Kebaikan berupa kasih sayang, memberikan bantuan, memberi pengampunan, kerendahan hati, dst. Kebaikan memiliki nilai universal yang tidak terbatas bagi orang tertentu, kelompok tertentu, dst. Kebaikan juga bisa berbuat oleh siapa saja tanpa memandang latar belakang. Di minggu bulan keluarga saat ini, tema renungan kita adalah Keluarga yang Hidup dalam Kebaikan. Kita akan belajar dari firman Tuhan saat ini.

PEMBAHASAN TEKS

Bacaan saat ini kita membaginya dalam beberapa pokok pembahasan.

Pertama, ayat 27-28. Orang bijak yang memperhatikan kebutuhan sesamanya. Sebagai orang yang bijak melihat sesamanya mencari bantuan dengan datang mengetuk pintu maka ia menaruh perhatian. Hal itu merupakan kesempatan untuk berbuat baik karena itu tidak boleh menunda kebaikan. Mengapa? Kita mencatat tiga hal: Pertama, karena orang yang datang meminta bantuan dia butuh hari  itu. Kedua, mereka yang penerima adalah menerima hak mereka untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, tidak boleh menahan hak para penerima. Menahannya berarti merampas hak dari mereka yang berhak menerima. Ketiga, memberi tidak mengurangi juga mengurangi milik pemberi. Memberi adalah bagian dari hak orang lain untuk memberi artinya kebaikan tidak dipaksakan. Dan pemilik hanya menyimpan hak mereka yang harus ia beri pada waktunya.  

Mereka yang berhak menerima selain orang miskin, anak yatim piatu, orang asing. Tetapi di Amsal 3:27 termasuk siapa saja, yaitu sesama manusia, yang membutuhkan  pertolongan. Oleh karena itu pada ayat 28 mengingatkan juga untuk tidak menunda kebaikan. Menunda berbuat baik kepada orang yang membutuhkan kebaikan adalah menciptakan beban dan kesulitan dari penerima. Pemberi yang menunda dianggap sengaja memperberat beban dan kesulitan penerima. Apalagi menunda merupakan satu bentuk melarikan diri dari kewajiban untuk berbuat baik pada saat perbuatan baik itu amat dibutuhkan.
Kedua, ayat 29-31. Kehidupan bersama yang membangun rasa saling percaya. Saling percaya antar sesama merupakan dasar untuk membangun persekutuan yang tulus, sehingga tercipta rasa nyaman. Penulis mengingatkan untuk tidak merencanakan hal jahat terhadap tetangga. Ungkapan “Tanpa curiga ia tinggal bersama engkau” juga berarti ia menetap bersama engkau sebagai tetangga dengan penuh kepercayaan  terhadap kebaikan hatimu. Sehingga terhindar dari pernyataan dalam ayat 30, yaitu menghindari pertengkaran apalagi pertengkaran tanpa alasan sehingga tetap menjaga hubungan baik dan ikut menjamin kenyamanan hidup bersama. Rasa saling percaya maka dalam ayat 31, membuat orang tidak menyimpan perasaan iri hati terhadap orang yang lain. Sebab apabila terjadi iri hati maka bisa tumbuh kejahatan dalam hati, yakni menghimpun harta melalui perbuatan lalim seperti menipu, merampas, membunuh dll.

Ketiga, ayat 32-35. Tindakan Tuhan terhadap dua kelompok orang, yaitu orang benar dan orang fasik. Orang fasik, penulis menyebut, sesat, fasik, pencemooh, bebal. Sesat dalam arti berperilaku menyimpang dari ajaran moral yang baik dan juga sesat dengan mengikuti ajaran yang salah (bnd. Mazmur 1:1). Ada kesesatan moral dan kesesatan intelektual. Fasik berarti hidup tidak peduli dengan Tuhan dan pengajaran Tuhan. Pencemooh menunjuk pada cara tutur kata tanpa kasih dan penghormatan kepada sesama melainkan selalu menghina, merendahkan dan menghujat baik Tuhan mau pun sesama manusia. Pencemooh disamakan dengan fasik. Bebal  berarti  pikirannya sudah tertutup, membeku sehingga tidak bisa lagi diajar dan dinasihati. Mereka ini adalah orang-orang yang jijik di mata Tuhan dan mereka menerima kutuk dari Tuhan. Kutuk akan menimpa seisi rumah mereka dan menerima cemooh dari para tetangga.

Sebaliknya orang benar (yaitu mereka yang menerima pengajaran hikmat dan hidup berhikmat dengan takut dan hormat kepada Tuhan disebut orang jujur, orang benar, orang rendah hati, orang bijak. Mereka ini adalah orang-orang yang Tuhan mau bergaul erat dengan mereka, diberkati, dikasihani, memperoleh kehormatan.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Kita bisa mencatat beberapa pokok renungan.

Pertama, keluarga Kristen yang hidup dalam kebaikan, tidak membiarkan orang datang meminta bantuan pulang dengan tangan hampa. Orang yang datang meminta bantuan kepada  dia membutuhkan hari itu, jika kita ada maka bantulah dia. Tuhan hadir melalui mereka datang meminta bantuan dari kita. Kita bisa belajar dari perkataan Yesus, barang siapa yang menyambut salah seorang anak kecil maka menyambut Dia. Kita juga belajar bahwa Yesus hadir melalui orang lapar, orang sakit, orang tidak berpakaian, dst. Firman ini mengingatkan kita, buka hanya orang susah tetapi tetangga kita yang meminta pertolongan maka kita harus membantunya. Tetangga adalah saudara terdekat. Kita diingatkan oleh konsep gereja kita tentang gereja adalah Keluarga Allah.

Kedua, Keluarga Kristen yang memberi kepada sesama tidak akan berkekurangan, melainkan akan mendatang berkat yang berkecukupan dari Tuhan. Hal itu disampaikan oleh Rasul Paulus dalam 2 Kor 9:6-15. Memberi adalah menabur kebaikan, jika menabur sedikit akan menuai sedikit tetapi menabur banyak akan menuai banyak. Bukan berarti kita memberi supaya mendapatkan balasan, namun kita memberi karena Tuhan telah memberikan kepadanya. Percayalah bahwa Tuhan akan memberkati keluarga yang hidupnya suka memberi.

Ketiga, Keluarga Kristen yang hidup dalam kebaikan adalah keluarga yang dapat dipercaya dan tidak menaruh curiga kepada sesama. Oleh karena itu keluarga Kristen diminta untuk menjadi contoh dalam kebaikan di masyarakat. Tidak menaruh curiga kepada sesama sehingga menolong dengan tulus hati.

Keempat, keluarga Kristen yang hidup dalam kebaikan, keluarga yang selalu berpegang kepada kebenaran. Keluarga yang hidup dalam kefasikan akan dihukum Tuhan, namun keluarga yang hidup dalam kebenaran, hidup berhikmat dengan takut dan hormat kepada Tuhan. Hidup jujur, rendah hati, orang bijak,  Tuhan mau bergaul erat dengan mereka, diberkati, dikasihani, memperoleh kehormatan. Amin. (FN)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan : MENDOAKAN HIDUP, MENGHIDUPI DOA (Lukas 11:1-13)

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)