Renungan Bulan Lingkungan: ALLAH MEMELIHARA SEMUA CIPTAANNYA (MATIUS 6:25-34)

 

PENDAHULUAN

Bulan November ditetapkan oleh GMIT sebagai Bulan Lingkungan Hidup. Kerusakan lingkungan salah satu persoalan yang dihadapi oleh manusia di planet bumi ini. Kerusakan tersebut karena ulah manusia. Pandangan manusia yang antroposentris merupakan salah satu faktor yang menyebabkan manusia seenaknya merusak alam. Pandangan tersebut menekankan bahwa manusia sebagai pusat dari sistem alam  semesta ini. Segala kebutuhan dan urusan manusia dianggap sesuatu yang paling penting dan sebagai prinsip yang menggunakan sumber daya alam.

Matius 6: 25 – 34 seringkali dimaknai sebagai pemeliharaan Allah bagi dunia, secara khusus manusia. Perkembangan pemaknaan manusia sebagai ciptaan yang khusus dalam karya pemeliharaan Allah, menciptakan terbentuknya paham antroposentrisme yang melegitimasi kedudukan manusia sebagai subjek ciptaan utama. Sehingga, realita ciptaan lain seperti burung, bunga bakung, dan rumput liar, pada teks hanya dipandang sebagai objek subordinat. Paham antroposentrisme yang memandang manusia sebagai subjek utama dan bebas, mengakibatkan konstruksi relasi hierarki antara Allah sebagai pencipta, lalu manusia (subjek), kemudian alam sebagai pihak ketiga (objek).

Kita coba memperhatikan bacaan kita saat ini.

PEMBAHASAN TEKS

Perikop bacaan kita di minggu pertama bulan lingkungan membahas makna ungkapan Yesus tentang kekuatiran. Nasehat kekuatiran ini ditujukan kepada murid-murid Yesus.

Kalimat pembuka dari ayat 25 adalah “karena itu”. Untuk mengawali sebuah percakapan tidak bisa diawali dengan kalimat “karena itu.” Harus ada pembicaraan sebelumnya yang menghantarkan kepada kalimat ‘karena itu’. Ada hal yang dibicarakan oleh Tuhan Yesus sebelum memulai pengajaranNya yakni tentang mengumpulkan harta. Lihat. Ayat 19-20. Mengumpulkan harta merupakan tujuan orang untuk bertahan hidup, namun dalam mencari nafkah tidak sedikit orang yang bertindak serakah terhadap segala sesuatu. Orang yang mengumpulkan banyak harta dilumbungnya, menindas orang miskin dan merusak alam.

Pengajaran Yesus tentang hal mengumpulkan harta di sorga, membuat muncullah kekuatiran di pikiran orang-orang yang mendengarNya, bahwa jika tidak mengumpulkan harta di bumi melainkan di sorga, apa yang akan mereka makan, minum dan pakai. Yesus mengetahui apa yang ada di dalam hati dan pikiran orang-orang itu bahwa mereka sedang dilanda oleh kekuatiran karena pengajaran tersebut. Karena itulah, Ia mulai memberikan pengajaran baru tentang hal kekuatiran, agar tidak ada kesalahpahaman dalam memahami tentang ajaran yang telah disampaikanNya. Ajaran tersebut tidak sedang memberikan larangan untuk tidak mencari kebutuhan hidup, melainkan jangan sekali-kali mereka kuatir akan kebutuhan yang akan mereka makan, minum dan pakai. Jadi, konteks tentang hal kekuatiran merupakan sambungan pengajaran dari pada Tuhan Yesus sebelumnya tentang hal mengumpulkan harta di sorga, sehingga kalimat awalnya di mulai dengan istilah ‘karena itu.’

Kita mencatat dua hal dari pengajar Yesus. Pertama, kekuatiran tidak bermanfaat. Yesus ingin mengatakan kepada mereka siapakah yang karena kekuatirannya bisa membuat hidupnya tambah panjang empat puluh lima sentimeter kedepan. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian”. Alasan mengapa Yesus melarang murid-murid-Nya untuk tidak kuatir adalah karena kekuatiran itu sendiri tidak ada manfaatnya dan tidak membawa dampak apa-apa bagi keberlangsungan hidup orang yang mengalaminya. Karena orang yang kuatir dipenuhi rasa cemas yang kuat terhadap sesuatu yang ia khawatirkan.

Kedua, kekuatiran memperburuk keadaan. Yesus melarang murid-murid-Nya untuk tidak perlu kuatir, karena kekuatiran hanya membawa keburukan pada orang yang mengalaminya. Tuhan Yesus mengajak audiensNya untuk melakukan perbandingan antara hidup dengan makanan dan tubuh dengan pakaian. Maksudnya adalah hidup dan tubuh itu lebih penting, sedangkan makanan dan pakaian adalah kurang penting. Karena itu, tidak perlu kuatir lagi akan apa yang hendak dimakan, diminum dan dipakai. Karena hidup bukan untuk makanan tetapi makanan untuk hidup; mempertahankan keberlangsungan kehidupan di dunia.

Dalam hal makanan, Tuhan Yesus memberikan paradigma yang mudah dimengerti dan dipahami oleh murid-murid-Nya, dengan menggunakan metode pendekatan burung gagak. Yesus memberikan pemahaman dan pengertian yang hakiki kepada mereka, bagaimana Allah bekerja memberi makan burung-burung ciptaanNya. Seperti yang tertulis “Pandanglah burung-burung di langit yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu” (bnd. Mat. 6:26). Burung-burung yang dimaksud pada ayat di atas tidak disebutkan secara jelas, tetapi di dalam Injil Lukas 12:24 memberikan informasi atau pun keterangan tentang burung yang dimaksud oleh Tuhan Yesus, yakni burung gagak yang merupakan salah satu jenis burung haram yang tidak boleh dimakan oleh orang Israel.

Dalam kitab Imamat pasal 11 mencatat makanan-makanan halal dan haram yang tidak boleh dimakan. Salah satu makanan haram yang tercatat di dalamnya adalah burung gagak. Hal ini bisa dilihat di dalam Ulangan 14:12-14 yang mengatakan, “Tetapi yang berikut janganlah kamu makan: burung rajawali, ering janggut dan elang laut; elang merah, elang hitam, dan dendang menurut jenisnya; setiap burung gagak menurut jenisnya.” Dari uraian ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa burung gagak yang merupakan burung haram, diberi makan dan dipelihara oleh Allah (bnd. Maz. 147:9) apalagi dengan manusia yang melebihi burung-burung itu, ia pasti akan dipelihara oleh Allah dengan baik. Selain burung gagak, Tuhan Yesus juga pernah memakai jenis burung lain, yakni burung pipit untuk Ia jadikan sebagai media lain dalam menyampaikan pengajaran-Nya. Hal ini dapat terlihat di dalam Lukas 12:6 mengatakan, “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguh pun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan oleh Allah”. Terlihat jelas pada ayat di atas mengatakan bahwa, jikalau seseorang memiliki dua duit maka ia mendapatkan lima ekor burung pipit. Bahkan penulis dari Injil Matius memberikan keterangan yang cukup mengagetkan bahwa burung pipit dijual dua ekor seduit (bnd. Mat. 10: 29).

Ketiga, manusia jauh lebih berharga karena itu, kepercayaan dan keyakinan akan kesanggupan Allah dalam memelihara umat-Nya, dapat mengatasi kekuatiran yang dialami oleh manusia. Tentang hal pakaian, Tuhan Yesus memberikan paradigma yang mudah dipahami dan dimengerti oleh murid-muridNya dengan menggunakan metode pendekatan melalui bunga bakung yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal. Namun Aku berkata kepadamu bahwa Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpaikaian seindah dari salah satu bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan mendandani kamu hai orang yang kurang percaya? (bnd. Mat. 6:28-30). Tanaman ini tumbuh di Palestina. Karena keindahan dari bunga bakung ini, maka dalam Alkitab dipakai sebagai lambang keindahan yang dapat dilihat di dalam 1 Raja-raja 7:19 dan Kidung Agung 2:1-2.16. Jadi, jikalau Tuhan sedemikian rupa memelihara bunga yang tidak sudah pastilah Allah akan memberi pakaian untuk menutupi tubuh anak-anakNya. Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Inilah puncak yang menjadi kehendak Yesus bagi mereka yang telah percaya kepada Allah, untuk selalu memprioritaskan terlebih dahulu mencari kerajaan Allah.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, jangan kuatir atas pemeliharaan Allah. Anda dan saya seringkali terlalu kuatir dan tidak dapat dikontrol oleh kita sendiri, sehingga berusaha mencari cara untuk dapat mengatasi kekhawatiran. Cara– cara tersebut justru berusaha menunjukan penguasaan manusia terhadap alam demi memenuhi yang diperlukan. Di bulan lingkungan hidup kita belajar dari ciptaan yang lainnya, seperti burung dan bunga bakung untuk mengelola kekhawatiran dalam karya pemeliharaan Allah. Mereka dipelihara oleh Allah. Apalagi Anda dan saya. Kita belajar mengelola kekhawatiran menyeimbangkan antara usaha dan berpasrah pada Allah sang pencipta. Berpasrah kepada bekerja berarti mendoakan apa yang dikerjakan dan mengerjakan apa yang didoakan. Kita diminta untuk bekerja bukan hanya tergantung pada alam. Kalimat manusia "lebih berharga" menunjukkan bahwa Anda dan saya dikasih Tuhan kebijaksanaan untuk mengurus alam dengan bijak  kelangsungan hidup kita.

Kedua, diberi makan dikasihi oleh Bapa di sorga. Allah telah memperlengkapi hidup manusia sesuai dengan apa yang dibutuhkan, segala sesuatunya telah Allah sediakan. Allah tidak pernah membiarkan manusia hidup dalam kekurangan melainkan Allah memelihara setiap ciptaannya dan senantiasa memberikan yang terbaik buat ciptaanNya, termasuk alam lingkungan. Semua mahluk hidup Allah pelihara, baik itu binatang, tumbuhan Allah juga pelihara. Allah memelihara dengan kasihNya. Oleh karena itu sebagai sesama ciptaan kita saling memelihara, manusia pelihara alam dan alam pelihara manusia. Manusia membutuhkan alam; apakah alam membutuhkan manusia? Tidak, tanpa alam manusia tidak bisa hidup, namun alam tanpa manusia, alam tetap ada. Namun alam dan manusia tanpa Tuhan tak akan hidup. Oleh karena itu, manusia bukan pusat ciptaan melainkan alam. Kita bergantung kepada Allah.

Ketiga, hidup memprioritaskan Allah dalam segala hal. Kata Yesus “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Inilah puncak yang menjadi kehendak Yesus bagi mereka yang telah percaya kepada Allah, untuk selalu memprioritaskan terlebih dahulu mencari kerajaan Allah. Ketika mencari dan menemukan kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka Anda dan saya menemukan kehendak Allah, yaitu kasihNya kepada segala ciptaanNya. Anda dengan saya semakin beriman, selalu merasa dekat dengan Allah, maka Anda dan saya akan menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah bagi lingkungan hidup.

Keempat, firman Tuhan tidak melarang orang kerja, perlu bekerja tetapi yang Tuhan kehendaki adalah janganlah kekuatiran itu merusak hidup, merusak alam ini, membuat Anda dengan saya serakah terhadap ciptaan yang lain. Alam tidak cukup melayani keserakahan manusia namun cukup untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Oleh karena itu, orientasi kita adalah sebagai pengikutNya, tidak memiliki kekuatiran yang berlebihan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang kita perlukan setiap hari, sebab Allah memelihara semua ciptaanNya termasuk Anda dan saya. Amin. FN.

Selamat merayakan Bulan Lingkungan Hidup



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan : MENDOAKAN HIDUP, MENGHIDUPI DOA (Lukas 11:1-13)

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)