Renungan Bulan Lingkungan : TANAH DAN AIR DALAM KARYA ALLAH (YEHEZKIEL 47:1-12)
PENDAHULUAN
Air
sebagai salah satu bagian dari komunitas alam yang harus dijaga. Air merupakan
kebutuhan utama bagi manusia. Orang Timor mengakui itu. Hal itu terlihat dari
nama yang diberikan kepada kampung-kampung. Hampir 70% nama tempat di pulau
Timor di awali dengan kata we (air dalam bahasa Tetun) atau oe
(air dalam bahasa Meto). Nama-nama itu mengekspresikan kerinduan orang Timor
akan air. Air melayani kebutuhan manusia, namun akhir-akhir ini, air melakukan perlawanan terhadap manusia. Misalnya, banjir yang meluluhlantakkan
berbagai tempat sehingga menimbulkan korban.
Sebelum
kita masuk dalam pembahasan teks, kita memperhatikan sekilas kitab Kejadian
yang memiliki hubungan dengan bacaan kita saat ini. Kejadian 1-11 diidentifikasi dalam tiga konsep, yaitu erets,
adamah dan tselem. Kajian erets menampilkan gagasan bahwa air
merupakan “mitra” Allah dalam proses penciptaan semesta. Semulanya erets
(bumi) berada dalam rahim air, namun Allah “meminta” air untuk memisahkan diri
dan berkumpul di tempat lain dan membiarkan erets muncul sebagai lahan
kering. Proses permintaan itu ditandai dengan kehadiran Roh Allah yang
mengelilingi air.
Air merespon permintaan Allah dengan positif sehingga air memisahkan dirinya dalam bentuk lautan luas, sungai dan tinggal di dalam gunung-gunung yang tinggi dan menempati bagian dalam erets. Respon positif air itu yang dinilai baik oleh Allah. Erets lahir sebagai ciptaan Allah yang memiliki kemampuan mencipta pula. Erets mencipta fauna dan flora di daratan. Kemudian adamah mengisahkan tentang daratan tanah subur yang berada di Eden. Allah menggunakan adamah sebagai bahan utama untuk mencipta Adam (manusia pertama) sesuai tselem Allah. Eksistensi manusia sebagai tselem Allah memutlakkan Adam sebagai penjaga adamah. Kemudian Allah melihat semuanya dan mengatakan bahwa sungguh amat baik. Dari pemahaman tersebut, kita dapat mengatakan bahwa tanpa air tidak ada kehidupan. Jika air “tidak dipisahkan” maka bumi tidak berbentuk.
PEMBAHASAN
TEKS
Kitab
Yehezkiel dibagi dalam tiga bagian besar : Pasal 1-27, nubuatan mengenai
hukuman yang akan datang ke atas Yerusalem dan Yehuda. Pasal 25-32, nubuatan
mengenai bangsa-bangsa asing, dan pasal 33-48, nubuatan tentang pembuangan dan
keselamatan bagi bangsa Israel. Yehezkiel 47:1-12 merupakan kelanjutan dari
penglihatan tentang Bait Suci yang Baru di pasal 40-46.
Kita
dapat membagi bacaan ini dalam beberapa
poin.
Pertama, Yehezkiel
47 merupakan alusi (rujukan tidak langsung) bagi Wahyu 21:7, di mana tempat
kediaman Allah akan bersama-sama dengan umat-Nya dalam pembaharuan kovenan (janji
yang tertulis) Yerusalem Baru yang turun dari surga. Oleh karena itu, bumi yang
baru merupakan tempat kediaman Allah yang kekal bersama umat-Nya, karena waktu
itu kemuliaan Allah telah meninggalkan Bait Suci disebabkan pemberontakan
umat-Nya (Yeh. 9-11). Namun kemuliaan Allah
akan kembali memenuhi Bait Suci yang baru (43:5), ketika mereka sadar dan
kembali dari pembuangan. Yerusalem Baru sebagai takhta dan Bait Suci yang baru,
sebagai tempat kediaman-Nya yang kekal.
Janji
pemulihan akan berfokus kepada Bait Suci yang baru dan Yerusalem Baru,
sebagaimana tercatat dalam Yehezkiel pasal 40-48. Yerusalem Baru dalam
penglihatan mengandung gambaran taman Eden, seperti sungai air kehidupan yang
mengalir melalui kota Yerusalem Baru dan pohon kehidupan yang berbuah tiap
bulannya (Why. 22:1-2; Kej. 2:9-10; Yeh. 47:1-12). Air yang membawa kehidupan
mengalir dari Bait Suci merupakan gema dari keempat sungai yang mengalir dari
Eden (Kej. 2), di mana Tuhan berdiam bersama manusia. Itulah sebuah harapan orang Yahudi dalam
pembuangan, mereka akan kembali membangun Bait Suci dan Allah berdiam bersama mereka.
Kedua,
ayat 1-6. Penglihatan Yehezkiel tentang seorang Malaikat yang membawa rohnya
mengelilingi Bait Allah untuk melihat air. Yehezkiel melihat satu hal yang luar
biasa. Ada air yang mengalir dari tempat suci. Ia menyusuri aliran air yang
jernih itu. Air itu mengalir perlahan dari pintu masuk tempat suci, lalu
keluar dari kompleks bait di dekat gerbang timur. Sungai tersebut mengalir
deras dari ambang pintu Bait Suci. Awalnya hanya tetesan kecil, lalu mencapai
setinggi mata kaki, lalu setinggi lutut, dan akhirnya setinggi pinggang. Tak
lama kemudian, sungai ini menjadi besar sehingga tak dapat
dilewati. Yehezkiel dibawa ke luar bait sambil mengukur panjang aliran
itu. Ia berkali-kali melewati aliran itu sesuai dengan petunjuk sang malaikat,
dan dia melihat airnya cepat semakin menjadi deras sehingga orang harus
berenang untuk melewatinya. Naiknya air merupakan gambaran spiritualitas yang
memberikan kehidupan baru. Dari Bait Suci akan mengalir kehidupan baru bagi
umat Allah. Kekeringan rohani dan moral umat akan kembali disegarkan dan
dipulihkan. Bait Allah tempat di mana Allah berdiam akan mengalir aliran-aliran
air kehidupan.
Ketiga, ayat 7-12. Sungai itu
menjadi deras saat mengalir dari Bait Suci, melewati kota, dan menuju padang
gurun di salah satu tempat paling terpencil di bumi, yaitu lembah Laut Mati.
Laut mati kadar garamnya tinggi dan tidak bisa didiami makhluk
hidup. Lembah ini adalah salah satu tempat paling
terpencil di bumi. Tempat terendah di bumi, 1.400 kaki di bawah permukaan laut.
Laut Mati sepuluh kali lebih asin daripada lautan biasanya. Hampir tidak ada
hujan. Ikan dan tumbuhan tidak dapat hidup di dalamnya. Namun setiap bagian aliran air yang terkena
dipulihkan dan menjadi penuh dengan ikan. Sebuah dampak yang luar biasa. Di
sepanjang tepi sungai, Yehezkiel melihat berbagai jenis pohon. Pohon buahnya
tidak menjadi busuk dan daunnya tidak akan berguguran tetapi menghasilkan buah
sebagai makanan dan daunnya menyembuhkan.
Dari
penglihatan ini kita membandingkan dengan pohon kehidupan di Eden, juga muncul
dalam penglihatan Yohanes tentang Yerusalem Baru. Di mana Wahyu 22:2
menggambarkan di tiap sisi sungai kehidupan, ada pohon-pohon kehidupan yang
berbuah dua belas kali dan daunnya akan menyembuhkan bangsa-bangsa. Oleh karena
itu, ketika Allah hadir kembali dalam bait-Nya, maka ada dampak bagi manusia
dan seluruh alam ciptaan-Nya. Kehadiran Allah membuat segala sesuatu tidak
mustahil bagi manusia dan segenap ciptaan-Nya. Gambaran air yang mengalir tersebut
merupakan nubuatan tentang Israel Baru yang akan menjadi berkat bagi seluruh
bangsa.
POKOK-POKOK
RENUNGAN
Dari
pembahasan di atas kita dapat mencatat beberapa pokok renungan.
Pertama,
gereja merupakan alat di tangan Tuhan untuk mengalirkan kehidupan bagi alam
semesta yang terancam punah karena ulah manusia. Hal ini hanya bisa terjadi
jika ada pembaharuan (pertobatan), perubahan pola tingkah laku, pendekatan umat
terhadap lingkungan. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan di saluran
air, menanam pohon, dst. Dari bacaan firman Tuhan saat ini, kita belajar bahwa
ketika terjadi pemulihan dan Tuhan membawa pulang umat dari pembuangan, membangun Bait Allah
yang baru, maka dari Bait Allah akan mengalir Air kehidupan. Israel yang baru akan menjadi berkat bagi seluruh bangsa.
Kedua,
kehadiran
gereja (Anda dan saya) harus memberi dampak yang sehat bagi lingkungan. Tempat
yang tidak bisa didiami karena lingkungan yang kotor, bau menyengat, air tidak
bisa dikonsumsi, pohon tidak bisa hidup karena berbagai bahan kimia dan
kekeringan, ikan tidak bisa dikonsumsi karena laut kotor, buah-buah dan
sayur-sayuran yang tidak bisa dikonsumsi karena mengandung bahan kimia. Di situlah kehadiran Anda dan saya membawa perubahan, menjadi berkat bagi lingkungan. Mengapa? Karena kita adalah manusia baru, yang
digerakkan oleh Roh Allah untuk membawa dampak yang baik bagi lingkungan. Anda dan
saya bisa merubah lingkungan di sekitar menjadi lingkungan hidup bagi
seluruh makhluk. Dari firman Tuhan kita belajar bahwa air itu mengalir ke laut
menjadi penuh dengan ikan, laut mati yang tidak ada kehidupan menjadi hidup, pohon
buahnya tidak menjadi busuk dan daunnya tidak berguguran tetapi menghasilkan
buah sebagai makanan serta daunnya menyembuhkan.
Ketiga,
air adalah kebutuhan pokok manusia, tanpa air tidak akan ada kehidupan. Bumi ini
dikandung oleh air. Di pulau Timor beberapa tempat susah air bersih,
karena itu orang Timor mengungkapkan itu melalui ungkapan oe, we, pada nama-nama
tempat. Susah air namun di tempat-tempat tertentu ada mata air yang tidak pernah
kering. Mata-mata air tersebut menghidupi masyarakat setempat saat
musim kemarau. Namun akhir-akhir ini mata-mata air tersebut terancam kering,
karena penebangan hutan dan cara berkebun yang berpindah-pindah. Selain itu, air
dari mata-mata air tidak lagi sehat untuk dikonsumsi oleh manusia karena
tercemar dengan obat-obatan kimia dari pertanian. Di minggu kedua bulan
lingkungan, kita belajar tentang air yang menghidupi, oleh karena itu, mari kita menjaga
mata-mata air di sekitar kita untuk menghidupi kita dan lingkungan di sekitar
kita.

Komentar
Posting Komentar