Renungan Minggu Advent Kedua: Maleakhi 3:1-5

 

PENDAHULUAN

AAdventus tidak sekedar menjadi masa “penantian” ke masa raya Natal, tetapi penantian kedatangan Tuhan dalam kemuliaan sebagai hakim (Adventus Christi in Gloria). Oleh karena itu, masa raya Adventus adalah masa kita membersihkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua. Jadi masa raya Adven hati kita tidak melekat pada pesta Natal 25 Desember, hingar bingar lampu Natal, pohon Natal, baju baru, dst.

Adventus Christi in Gloria adalah kedatangan Kristus dalam segala kemuliaan-Nya yang gilang gemilang, pada akhir zaman, atau hari kiamat, hari terakhir. Pada kedatangan ini, segala perwujudan janji-janji Allah disempurnakan, baik karunia-Nya maupun murka-Nya. Dunia dan segala isinya akan disempurnakan, melalui penghakiman terakhir. Bagi orang percaya, Adventus Christi in Gloria bersifat personal dalam arti bahwa kita akan bertemu “muka dengan muka” dengan-Nya tanpa takut apapun. Adventus ini, kedatangan yang penuh dengan sukacita yang nyata serta merupakan berkat dan karunia yang sempurna di mana Allah memuliakan kita dalam kesempurnaan-Nya. Namun akan sangat menakutkan dan mengerikan bagi mereka yang tidak percaya. Jadi pertanyaan adalah, bagaimana persiapan hati dan hidup kita untuk menyambut kedatangan-Nya sebagai Raja dan Hakim dunia?

PEMBAHSAN TEKS

Kitab Maleakhi merupakan kitab nabi-nabi kecil, kitab kitab terakhir dalam PL. Hal ini menyebabkan Maleakhi dianggap sebagai suara yang terakhir di PL. Secara tradisional, Kitab ini diyakini ditulis oleh seorang yang bernama Maleakhi. Maleakhi adalah nama pribadi atau sebagai kata benda milik, yang dalam bahasa Ibrani berarti utusanku. Istilah utusanku diambil dari pasal 3:1. Maleakhi jelas bernubuat di Yerusalem dekat Bait Allah dan di lingkungan para imam.

 Beberapa puluh tahun sebelumnya, Nehemia telah membangun tembok-tembok Yerusalem yang diawali dengan kembalinya sekitar 50.000 orang tawanan dari Babel pada zaman Zerubabel dan imam besar Yosua.

Di Bait Allah, para imam mulai berbuat kejahatan di mata Tuhan seperti melakukan ketidakadilan, bergaul dengan penyembah berhala, dan menolak membayar persepuluhan. Dalam keadaan seperti maka muncullah seorang nabi (utusan) yang mengingatkan para imam akan kesalahannya.

Kita dapat  membagi bacaan ini dalam beberapa bagian.

Pertama, ayat 1a. “Aku akan mengutus utusan- Ku”.   Frasa Ibrani untuk “utusan- Ku” artinya "mal'akhi" yang bentuknya sama dengan nama nabi ini, "Maleakhi ", nama penulis kitab ini. Frasa "Utusan-Ku dan ia akan membersihkan jalan di hadapan-Ku," bisa berarti di hadapan tatapan yang maha tahu, Allah, yang akan akan datang. “Utusan-Ku” bisa menunjuk kepada Malaikat yang disebutkan pada ayat 1c atau seorang nabi yang akan datang.

 Perumpamaan “Ia akan membersihkan jalan” diambil dari praktik raja-raja zaman dahulu, yang akan memberi tahu rakyat mereka di salah satu provinsi kekaisaran. Akan ada kunjungan kenegaraan, sehingga pengaturan yang memadai dapat dibuat.  Sebelum raja berangkat, ia mengutus utusan yang mengumumkan kedatangannya. Mereka tidak memiliki kru jalan saat itu untuk menjaga jalan raya dalam kondisi baik. Jadi ketika penduduk kota mendengar bahwa raja akan datang, mereka akan keluar dan menambal jalan yang berlubang, serta membersihkan batu dan puing-puing. Mereka menyiapkan segalanya untuk kedatangan raja mereka. 

Mempersiapkan juga jalan untuk prosesi kerajaan, dengan menyingkirkan apa pun yang akan menghalangi kemajuan. Dengan demikian, jalan akan lurus, rata, dan bebas dari rintangan (bdn. Yes. 40:3–4; lihat juga Yes. 57:14; 62:10).

Kedua, aya 1b.  Merupakan jawaban terhadap pasal 2:17. Ketika orang Yahudi bertanya tentang mana hukuman yang akan mereka terima jika memang mereka bersalah. Tuhan menjawab tantangan itu dengan kehadiran secara tiba-tiba untuk menyatakan kuasa-Nya. Kehadiran yang tiba-tiba itu bukan berarti tanpa proses. Istilah mendadak bukan dipahami sebagai suasana yang “sekonyong-konyong”, melainkan lebih pada reaksi cepat Tuhan untuk menjawab sombongnya bangsa itu. Mendadak menjawab, tetapi tetap melalui suatu proses. Umat Israel telah beranggapan bahwa kesabaran Allah terhadap kejahatan berarti Allah setuju dengan perbuatan jahat. Mereka merasa perbuatan jahat itu menjadikan hidup mereka berhasil. Padahal Allah memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat.

Ketiga, ayat 2-3,4. Kedatangan Tuhan seperti “seperti api tukang pemurni.”   Ayat 3 mengatakan bahwa “Ia akan duduk seperti tukang peleburan dan pembersih perak, dan Ia akan membersihkan bani Lewi, dan memurnikan mereka seperti emas dan perak.” Tujuan kehadiran Allah untuk memurnikan umat-Nya.

Gambaran proses pemurnian tersebut, yaitu api digunakan untuk melelehkan logam, sehingga kotoran akan naik ke atas dan dapat disingkirkan, akhirnya logam akan menjadi murni.   Memurnikan logam atau perak, dimaksudkan untuk memperoleh kadar logam sesuai dengan mutu yang baik.  Oleh karena itu, kehadiran Allah sebagai pemurni logam: emas atau perak, ini memberi kesan kuat bahwa Yehuda harus dibersihkan dari segala bentuk kenajisan dan dosa. Allah akan menguji kemurnian dan kesucian hidup umat manusia dengan api kudus-Nya.

Selain itu, Dia "seperti sabun tukang cuci".  Seorang "tukang cuci" adalah orang di zaman dahulu yang membersihkan kain, terkadang dengan menginjak-injaknya, atau dengan menggunakan berbagai zat untuk membersihkannya.   Tujuan terdapat dalam ayat 4, agar umat Tuhan suci sehingga menyenangkan hati Tuhan. Mereka menjadi umat kesayangan seperti dahulu kala.

 Bagi Maleakhi, kedatangan Tuhan dapat dilihat dari dua segi. Pertama, kedatangan Tuhan adalah menyatakan kebesaran kemuliaan Allah. Ketika hari itu tiba, maka tidak ada seorang pun yang dapat tahan berdiri di depan kuasa dan kemuliaan Allah. Kedua, kedatangan Tuhan adalah untuk menghakimi semua orang. Tuhan akan menyucikan umat pilihan-Nya.

Keempat, ayat 5. Umat manusia akan dihakimi di hadapan takhta Allah untuk mempertanggungjawabkan seluruh tindakan dan perbuatannya selama mereka hidup. Dia datang tidak untuk memperbaiki yang rusak sebagaimana poin 2 di atas, melainkan datang sebagai pemberi hukuman. Segala bentuk pendosa yakni: tukang sihir, pezinah, penindas dll tidak diberi ampun. Semua mendapat hukuman yang setimpal.

Dengan kata lain, kehadiran Allah sebagai hakim tidak sama dengan kehadiran-Nya sebagai pemurni logam. Sebab jika Ia hadir sebagai pemurni logam, tujuan utama adalah memperbaiki dan mengubah hidup umat yang berdosa yakni Yehuda ini. Tetapi kehadiran sebagai hakim adalah kehadiran Allah yang mengancungkan tangan untuk memberikan penghukuman tanpa ampun bagi mereka yang tidak bertobat dan atau tidak bersedia untuk dimurnikan atau dipulihkan.

Kita dapat menyimpulkan pembahasan sebagai berikut. Pertama, sebelum Tuhan datang Ia mengutus utusan untuk menyampaikan berita kedatangan kepada umat manusia. Kedua, ayat 2, 3 dan 5, kita melihat kedatangan Tuhan dalam dua sisi: sisi pertama, Dia datang untuk memurnikan dan menyucikan sehingga mereka yang menjadi umat-Nya benar-benar kudus. Sisi kedua, di datang untuk menghakimi, tidak ada pengampunan bagi mereka yang pendosa. Kedua segi ini tidak bertentangan sebab dalam perspektif kedatangan yang kedua, Dia datang untuk memisahkan orang percaya dan yang tidak percaya.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Melalui pembahasan di atas kita bisa mencatat beberapa pokok renungan di minggu adven yang kedua.

Pertama, siapkan hati untuk menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Masa raya adven pertama-tama hati kita tidak melekat pada pesta Natal tetapi pada persiapan hati dan hidup untuk menanti kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.

Kedua, di masa raya adven ini mari kita menguji kesucian hati kita, bela rasa kita kepada sesama, serta membersihkan diri kita dari segala niat hati yang jahat. Sehingga Tuhan datang, Ia mendapatkan kita seperti logam yang telah dimurnikan dengan berbagai ujian.

Ketiga, memurnikan hati dari segala macam keinginan duniawi, dosa, memang bukan hal yang gampang sebab kita harus bergumul sungguh-sungguh untuk melawan dosa dalam diri. Roh Kudus memampukan kita untuk melawan setiap dosa yang berjuang merusak hati kita dan persekutuan kita sebagai warga gereja.

Keempat, pengampunan dan pertobatan berlaku bagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup, setelah kehidupan ini, tidak ada kesempatan lagi untuk kita bertobat. Masa adven merupakan kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada Anda dan saya untuk bertobat. Jangan sampai kita terlambat!. Amin. FN.


 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan : MENDOAKAN HIDUP, MENGHIDUPI DOA (Lukas 11:1-13)

Renungan Minggu Sengsara Kedua: YESUS MENDERITA AKIBAT DOSAKU (1 Petrus 2:18-25)

Renungan Minggu Sengsara Pertama: KASIH BAPA DALAM PENGORBANAN ANAK TUNGGAL ALLAH (MAT. 21:33-46)